Baca Juga: Terapkan Kebijakan Kelautan Indonesia untuk Wujudkan Jalesveva Jayamahe
Mahrudi menuturkan, keseharian sebagai penarik becak dapat penghasilan Rp 30 ribu sampai Rp 50 ribu per hari. Sebagian uang tersebut disisihkan untuk ditabung agar bisa membayar uang semesteran anaknya.
” Alhamdulilah setiap kalau mau bayar SPP, uang itu ada dan akhirnya bisa untuk membayar SPP,” ujar Mahrudi.
yang selama ini biasa mangkal di pertigaan pondok Alfalah, Jatilawang.
Setelah lulus ini, Mahrudi berharap anaknya dapat segera kerja dan bisa ke depannya membahagiakan orangtua.
Baca Juga: Inovasi Taro Tempe, Snack Superfood kebanggaan Indonesia
Sementara Ema Muktiani merupakan anak kedua, dari dua bersaudara. Sejak sekolah anak perempuannya itu memang tergolong anak pintar.
Selama sekolah dan kuliah, Erna mengaku sering minder dengan teman – tamannya, karena ayahnya seorang tukang becak. ” Bahkan pada saat mau wisuda saya agak ragu, tetapi saya kemudian justru bangga punya bapak tukang becak, tapi bisa sukses menjadikan anaknya sarjana,” tutur Erna.
Erna mengaku sejak sekolah bercita – cita menjadi guru. Dan kini harapan itu terkabul. Setelah ini, Erna akan segera mencari pekerjaan yang sesuai bidangnya. Agar bisa membantu ekonomi orang tuanya.
Baca Juga: Melongok Keseruan Seniman Lukis Kumpul Bikin Mural di Megabuild 2023
Sementara itu Rektor UMP , Dr. Jebul Suroso mengatakan, wisuda kali ini sangat istimewa karena kehadiran seorang yang sangat menginspirasi. ” Seorang ayah yang berprofesi sebagai penarik becak, berhasil menjadikan anaknya sarjana. Bukan bermaksud merendahkan profesi tersebut. Namun kesungguhan orang tua yang patut ditiru dalam memperjuangkan anaknya menjadi orang sukses,” ujar rektor.