Network
ARAHKATA – Industri makanan dan minuman (mamin) hingga saat ini masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Meski wabah Covid-19 menghantam negeri ini, industri mamin mampu memberikan kontribusi terbesar terhadap PDB nonmigas, yakni senilai 39,19 persen.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi mengungkapkan salah satu pihak yang menjadi harapan dalam pengembangan dan meningatkan daya saing industri mamin nasional adalah Balai Besar Industri Agro (BBIA).
Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengoptimalkan ekosistem industri 4.0 melalui platform SINDI 4.0 untuk meningkatkan kolaborasi dan kerja sama antara pemangku kepentingan pelaksana transformasi industri 4.0 di Indonesia.
“SINDI 4.0 merupakan platform digital yang di dalamnya berisi seluruh organisasi maupun institusi yang mampu menciptakan inovasi-inovasi di bidang industri 4.0,” jelas Doddy.
Baca Juga: Kemenperin Dukung Industri Mamin Melalui Pemanfaatan Teknologi
Melalui platform SINDI 4.0, Kemenperin berupaya untuk meningkatkan sinergi dengan menghubungkan pemerintah, konsultan, akademisi, peneliti dan pelaku industri untuk dapat mendukung transformasi teknologi, mulai dari efisiensi manufaktur hingga segi pemasaran.
“Contohnya adalah BPPI menunjukkan dukungan penerapan industri 4.0 dengan memperkuat kolaborasi antara Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Agro BPPI dengan IKM Nira Satria dan Fraunhofer Institute for Process Engineering and Packaging IVV, Jerman,” imbuh Doddy.
Sementara, Kepala BBIA Siti Rohmah Siregar menyatakan bahwa Indonesia mempunyai modal sumber daya alam yang melimpah untuk memacu pengembangan industri mamin agar menjadi sektor yang berdaya saing global.
“Untuk mempercepat inovasi teknologi terapan, maka harus dibangun ekosistem inovasi dengan kolaborasi lintas sektor,” terangnya.
Baca Juga: Jika Sanksi Kebijakan Penolakkan Tes Covid Diterapkan
