Bermasalah, Pemerintah Diingatkan Tidak Impor Susu dari China untuk Program Makan Bergizi Gratis

- 21 Agustus 2024, 10:03 WIB
Ilustrasi anak minum susu full cream
Ilustrasi anak minum susu full cream /Freepik

ARAHKATA - Pemerintahan berikutnya di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto diingatkan agar tidak melakukan impor susu dari China untuk program makan siang bergizi gratis. Pasalnya, susu produksi negeri tirai bambu itu memiliki catatan yang buruk.

Pengamat sosial dan kebijakan publik, Muhammad Gumarang mengatakan pemerintah harus lebih selektif dalam melakukan impor susu. Hal-hal fundamental seperti kualitas dan kehalalan harus menjadi perhatian dari pemerintahan mendatang.

“Kita sudah punya rekam jejaknya [pangan China] bermasalah. Kalau membutuhkan susu dari China atau untuk kebutuhan lainnya, ya Indonesia harus selektif terhadap label halal dan kualitasnya itu kan,” kata Gumarang, kepada ArahKata.com, Rabu, 21 Agustus 2024.

Baca Juga: Gus Yaqut: Saya Belum Terima Surat! Dipecat Cak Imin dari PKB

Peringatan tersebut tidak terlepas dari langkah Prabowo yang pernah melakukan studi banding program makan bergizi dan susu gratis ke sejumlah negara. Salah satunya adalah China yang menjadi negara kunjungan Prabowo pada bulan april lalu.

Padahal, China mempunyai rekam jejak yang sangat buruk terkait produk susu. Pada 2008, publik China dihebohkan dengan temuan susu yang terkontaminasi zat kimia melamin

Akibat dari skandal itu membuat 300.000 korban terkena berbagai penyakit berbahaya. Dari jumlah tersebut, 54.000 korban diantaranya dilarikan ke rumah sakit dan enam bayi telah tewas akibat gagal ginjal.

Baca Juga: Golkar Pastikan Bahlil Jadi Calon Tunggal Ketua Umum Pada Munas

Selain susu, produk asal China lainnya juga kerap mendapat sorotan tajam karena mengandung zat berbahaya. Salah satu kasus terbaru adalah adanya temuan produk minyak goreng yang tercampur dengan minyak BBM. Hal itu terjadi lantaran tangki pengangkut minyak BBM digunakan mengangkut minyak goreng tanpa dibersihkan terlebihb dahulu.

Kasus lainnya juga ditemukan di Singapura dada Mei 2024, di mana Badan Pangan Singapura (SFA) menarik peredaran produk kacang impor buatan China bermerek Xiyuguoyuan Xinjiang Paper Roasted Walnut ukuran kemasan 500 gram dan 1 kg. Produk yang ditarik mengandung bahan pemanis buatan siklamat dan asesulfam-K dalam kadar tinggi di luar batas aman.

Bahkan, kasus pangan China berbahaya juga terjadi di Indonesia pada bulan Mei lalu. Saat itu 6 siswa SDN Cidadap I, Kecamatan Sukaraja mengalami pusing, mual dan muntah usai membeli snack asal China bermerek 'Hot Spicy Latiru dan Latiao Strips'.

Baca Juga: KPK Tetapkan 4 Tersangka Korupsi ASDP Pembelian Kapal, Negara Rugi Rp 1,27 T

Oleh karena itu, ia pun meminta pemerintah berhati-hati dalam menyusun program ini agar tidak berdampak buruk kepada anak-anak. Terlebih, anggaran yang dimiliki pemerintah saat ini terbilang tidak banyak untuk program baru yang membutuhkan biaya besar.

“Pemerintah harus memikirkan anggarannya dengan baik dan juga membuat skala prioritas,” ungkap Gumarang.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Trending

Berita Pilgub