ARAHKATA - Meskipun perlambatan pertumbuhan penjualan kendaraan listrik telah menimbulkan kekhawatiran di Barat, China terus membukukan hasil positif.
Dilaporkan Carscoops pada Kamis, 12 September 2024 waktu setempat, China telah menjadi negara pertama di dunia yang mencatat penjualan lebih dari satu juta kendaraan listrik dalam sebulan yang tercatat pada bulan Agustus.
Pertumbuhan kendaraan listrik China sejauh ini naik 33 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga: Sufmi Dasco Ahmad Lapor Kominfo Soal Situs Gerindra.org Unggah Kasus Fufufafa
Sementara itu di Eropa, pertumbuhan berubah negatif untuk pertama kalinya dengan lanskap kendaraan listrik Uni Eropa dan Inggris mencatat minus 4 persen.
Kontraksi pertumbuhan disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk negara-negara seperti Jerman yang mengakhiri subsidi mereka, sementara pembatasan perdagangan Uni Eropa yang diberlakukan pada kendaraan listrik China kemungkinan juga akan berdampak.
Angka yang dilaporkan oleh lembaga riset Rho Motion menunjukkan bahwa permintaan global untuk kendaraan listrik terus tumbuh, dengan 9,8 juta mobil bertenaga baterai telah terjual sejauh ini pada tahun 2024 dan pertumbuhan naik 20 persen Year To Date (YTD) hingga Agustus.
Baca Juga: Cek Fakta, Minum Air Galon PC Bisa Bikin Mandul?
Menurut laporan tersebut, pertumbuhan sembilan persen dalam penjualan kendaraan listrik di AS dan Kanada dianggap stabil, tetapi lintasan masa depannya mungkin bergantung pada hasil pemilihan presiden bulan November.
Meskipun permintaan kendaraan listrik di Tiongkok terus meningkat, hal itu tidak menggambarkan gambaran lengkap pasar kendaraan penumpang di Tiongkok.
Pada bulan Agustus, data dari Asosiasi Mobil Penumpang Tiongkok (CPCA) menunjukkan bahwa penjualan keseluruhan semua jenis mesin telah turun sebesar 1,1 persen, menjadi 1,92 juta unit.
Baca Juga: KPPPA Tekankan Edukasi Seksual Sejak Dini Cegah Kekerasan Seksual
Menurut laporan dari Reuters, penjualan Kendaraan Energi Baru (NEVS), yang mencakup model bertenaga listrik dan hibrida plug-in, dibantu oleh subsidi bagi pengemudi yang menukar kendaraan yang lebih berpolusi.
Mereka yang memilih untuk menukar kendaraan ICE mereka dengan NEV berhak mendapatkan subsidi hingga 20.000 yuan (2.800 dolar AS) atau sekitar Rp43 juta.
Bagi mereka yang belum siap beralih ke tenaga EV atau Plug-In Hybrid, subsidi terpisah sebesar 15.000 yuan (2.100 dolar AS) atau sekitar Rp32 juta ditawarkan untuk menukar kendaraan bertenaga bahan bakar fosil dengan kapasitas mesin yang lebih kecil.
Baca Juga: Anies Baswedan Dijadikan Ancaman Istana di Pilkada DKI Jakarta
Penjualan NEVS meningkat sebesar 43,2 persen hingga mencapai rekor 53,5 persen dari total volume mobil penumpang.
Akan tetapi, karena banyak di antaranya merupakan hasil tukar tambah, angka-angka tersebut mencerminkan menurunnya kepercayaan konsumen, dengan lebih sedikit pembeli mobil pertama yang dilaporkan.
Namun, Manajer Rho Motion Data Charles Lester memperkirakan permintaan China terhadap EV akan terus meningkat.
Baca Juga: KPU: Provokasi Mengajak Coblos Semua Paslon Bisa Kena Pidana dan Denda
"Penjualan EV China yang melampaui satu juta dalam sebulan hanyalah permulaan. Kami mengantisipasi tonggak sejarah ini akan tercapai beberapa kali sebelum akhir tahun karena penjualan biasanya melonjak pada paruh kedua tahun ini,” kata Lester.***