Game Online Baik atau Buruk Untuk Remaja? Ini Kata Ahli

- 14 Mei 2022, 21:21 WIB
Remaja bermain game
Remaja bermain game /Instagram/ExplorerBob

ARAHKATA - Bermain game online sudah menjadi keseharian yang hampir merata keseluruh remaja.

Sebab, dengan bermain permainan online kerap kali menyenangkan dan membuat remaja betah berlama-lama di perangkat game mereka.

Sebagai sosok orang tua, wajar saja jika kita khawatir dampak yang akan didapat saat anak bermain game online.

Baca Juga: Game Captain Tsubasa Dream Team Akan Kolaborasi Baru, Simak Jelasnya!

Menjawab keresahan para ibu dan ayah, Psikolog klinis Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Nanda Rossalia, M.Psi berpendapat setidaknya ada sejumlah hal yang bisa didapat seorang remaja dari bermain online game, salah satunya dalam hal kompetensi.

"Alasan remaja bermain game untuk menunjukkan kompetensi mereka. Balik lagi ke identitas. Menangin permainan, saya tangguh dan kompeten," ujar Nanda dalam keterangan tertulis dikutip Arahkata Sabtu, 14 Mei 2022.

"Berbeda dengan di dunia nyata, nilai saya jelek, sesuai karakteristik remaja. Dia mau untuk building karena ini nanti berguna untuk confident-nya."

Baca Juga: Wi Ha Joon Akui Cemas Usai Sukses Bintangi 'Squid Game', Kenapa?

Hal lain yang bisa diperoleh saat bermain game online contohnya yakni sesuatu yang amat dibutuhkan bahkan diinginkan oleh seorang remaja dan ini belum tentu dia peroleh di dunia nyata.

Nanda lanjut menjelaskan, bermain online game dapat membuat kesempatan dan kebebasan pada remaja untuk memutuskan sesuatu serta mengambil langkah yang harus diambil.

Online game juga mampu memberi ruang untuk berinteraksi, terkoneksi dan mendapat perhatian orang lain yang ini mungkin tidak didapatkan remaja di dunia nyata.

Baca Juga: Tatap Masa Depan! Malaysia Luncurkan Game NFT Pertamanya

Pada akhirnya, karena setidaknya tiga kebutuhan dasar sudah mereka dapatkan.

Maka dengan memainkan gawai/konsol idaman kemudian membuat mereka nyaman dan terlarut di dalamnya.

Sementara di dunia nyata, para remaja justru merasa tak memperolehnya.

"Karena online game mampu memberikan kebutuhan dasar, sehingga tidak heran kalau remaja larut. 'Di sinilah saya diterima. Inilah kompetensi saya'. (online game) ini bisa memberikan rasa nyaman dan teman," ucap Nanda.

Lantas, apakah setiap pemain game selalu berakhir dengan kencanduan? Nanda memaparkan, hal ini berkaitan dengan faktor kerentanan.

Baca Juga: Empat Cara Menghindari Kejahatan Siber dari Game Berkedok Gratisan

Memang ada orang yang rentan terkena candu suatu hal sehingga gampang tercandu.

Sebenarnya, untuk keperluan diagnosis, ada sebuah kuesioner perilaku kecanduan bermain game yang disusun berdasarkan lima faktor antara lain:

Preokupasi, mood, toleransi, konflik dan pembatasan waktu. Beberapa pertanyannya misalnya:

"Apakah kamu pernah mengabaikan kebutuhan dasar seperti makan dan tidur karena online game" atau "Apakah kamu pernah gagal mencoba membatasi waktu bermain online game?".

Baca Juga: Game Menghasilkan Uang dengan Pembayaran Tercepat dan Terbukti

"Tidak pasti kita melihat setiap gamer itu kecanduan. Kita memiliki suatu tools dan memberikan asesmen untuk mengatakan anak ini kecanduan," imbuh Nanda.

Lalu apa yang bisa orang tua atau anggota keluarga lakukan pada remaja yang ternyata sudah kecanduan online game?

Nanda menyarankan dibuatnya suatu program untuk bisa dilakukan bersama misalnya di dalam level sekolah.

Kegiatan yang konsisten misalnya berolahraga bersama atau menstimulasi siswa untuk mengembangkan hobi baru.

Selain itu, orang tua bisa memberikan edukasi apa yang terjadi bila bermain online game berlebihan.

Baca Juga: Sutradara Ungkap Plot 'Squid Game' Season 2

Nanda menyoroti pentingnya pembahasaan di sini yang perlu dibedakan dari biasanya.

"Pembahasaan kita dalam melakukan promotive behaviour itu harus berbeda dari biasanya. Jadi tidak lagi konvensional," beber Nanda.

"Misalnya menggunakan film, animasi, penyampaiannya melalui komunikasi."

"Orang tua secara aktif dan pasif memonitor kegiatan anak saat bermain online game. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan orang tua," tutup Nanda seraya memberikan saran.***

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Pemilu di Daerah

x