PBNU Sebut Politik Identitas Bentuk Pembodohan Kepada Masyarakat

6 November 2022, 17:15 WIB
Politik identitas akan terus muncul./pikiran-rakyat.com /

ARAHKATA - Wasekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rahmat Hidayat Pulungan menilai kalau politik identitas jelang Pilpres 2024 adalah aksi pembodohan kepada masyarakat. 

Sebab, melalui politik identitas itu justru bangsa akan kehilangan energi positif lantaran ada segelintir kelompok yang terus merawat dendam.

"Kita perlu persatuan, kebersamaan akan membuat kita kuat sebagai bangsa," tuturnya di Jakarta, dikutip ArahKata.com pada Sabtu, 5 November 2022.

Baca Juga: ICW: Janggal, Ketua KPK Temui Lukas Enembe di Kediamannya

Menurutnya, politik identitas adalah aksi pembodohan kepada masyarakat. Merawat dendam hanya membuat bangsa ini kehilangan energi positifnya. 

"Kita perlu persatuan, kebersamaan akan membuat kita kuat sebagai bangsa," katanya.

Rahmat melanjutkan, bangsa yang besar akan mewarisi nilai-nilai kebaikan untuk generasi mudanya. Bukan menanamkan energi negatif.

Baca Juga: Komunitas Starseed Bersama GDI 8 Bagikan Ratusan Paket Sembako dan Penyembuhan Puluhan Pasien

Politik identitas, kata Rahmat, adalah kejahatan politik yang pada akhirnya menjadi kejahatan kemanusian.

Ia juga turut menyikapi Aksi 411 yang digelar Gerakan Nasional Pembela Rakyat (GNPR) serta rencana gelaran Reuni 212. PBNU mengimbau kepada seluruh pihak untuk menghentikan upaya memainkan politik identitas.

Wasekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Rahmat Hidayat Pulungan menilai kalau gelaran tersebut tidak mengandung manfaat dan hanya akan merugikan bangsa.

Baca Juga: Kemenkeu: Meski Dihantam Badai Belum Ada PHK Massal di Sektor Tekstil

"Untuk semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung kita minta untuk menghentikan semua gerakan yang memecah belah kesatuan bangsa. Kedepankan politik gagasan, setop politik identitas," kata Rahmat. 

Dalam kesempatan itu, Rahmat meminta semua pihak untuk lebih dewasa dalam menjalani dinamika kebangsaan ini. Politik identitas fakta sejarahnya hanya memecah belah bangsa dan rakyat, maka mencegahnya adalah keharusan bagi kita semua.

"Kita sebagai Umat Islam harus ingat Kaidah Usul Fiqih yang selalu digunakan para ulama terdahulu kita yang telah bersusah payah membangun republik ini.  Dar'ul mafasid, muqoddamun ala jalbi al masalih: bahwa 'Mencegah kerusakan lebih utama daripada mendatangkan kemaslahatan',"imbuhnya.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler