Ferdinand Hutahaean Menilai Kepulangan HRS Terkait Politik

- 10 November 2020, 17:30 WIB
Mantan politisi Partai Berlambang Bintang Mercy dan juga pengamat politik Ferdinand Hutahaean.
Mantan politisi Partai Berlambang Bintang Mercy dan juga pengamat politik Ferdinand Hutahaean. /Arahkata.com

Jakarta, Arahkata.com - Kepulangan Habib Rizieq Shihab (HRS) cukup menjadi perhatian masyarakat tanah air. Dari rencana kepulangannya yang selalu gagal, akhirnya bertepan tanggal 10 November 2020, HRS menapakkan kakinya kembali di tanah air dengan sambutan yang luar biasa.

Kembalinya HRS ke tanah air tak lepas dari pengamatan Mantan Politisi Partai berlambang Bintang Mercy, Ferdinand Hutahaean. Dirinya menilai kepulangan HRS terkait dengan politik.

"Ya itu mungkin tidak bisa disangkal. Bahwa ini tidak lepas dari pada politik. Kalau kita kembali ke 2017 lalu ketika Anies Baswedan memenangkan pertarungan Pilkada Jakarta, tidak lepas dari pengaruh besar Rizieq Shihab," ungkapnya saat dihubungi redaksi arahkata.com, Selasa (10/10).

Lebih jauh dia mengungkapkan, tahun 2022 DKI Jakarta akan berakhir masa kepemimpinannya, tentu akan ada upaya memperjuangkan kembali.

"Nantinya penglihatan saya akan diteruskan ke 2024. Tetapi dengan Pilkada Jakarta belum tahu kita seperti apa ya. Apakah akan dilaksanakan 2022 atau tetap seperti undang-undang sekarang akan disertakan di 2024. Saya belum tahu apakah akan ada perubahan nanti. Tetapi menurut saya ini tidak terlepas dari politik selain kepentingan kepentingan pribadi dan keluarga. Ya, tetapi motif politiknya sangat kentara karena Rizieq Shihab ini kan adalah tidak sekedar sebagai ulama," ungkapnya.

Sepak terjang HRS dinilai Ferdinand lebih dominan di bidang politik, jika dibandingkan sebagai ulama. "Tentu yang perlu kita cermati ke depan adalah, apa yang akan dilakukan untuk memperjuangkan kepentingan politik kelompok ini, yaitu yang harus kita lihat apa lagi. Kalau 2017 lalu kan peran politik identitas sangat kental sekali dimainkan dan itu berpotensi memecah belah bangsa tentu ini yang harus kita kuatirkan dan perlu dicermati, jangan sampai nuansa politik identitas ini semakin membesar yang kemudian memicu konflik antar sesama anak bangsa," imbuhnya.

"Kan bukan semata hanya konflik antara mayoritas dan minoritas. Tetapi konflik bisa saja terjadi diantara mayoritas dan mayoritas yang berbeda haluan dan berbeda pandangan terhadap Pancasila dan NKRI," tambahnya.

Dirinya berharap, kedepan boleh silakan berpolitik tetapi berpolitik yang cerdas yang damai yang santun jangan sampai menimbulkan kericuhan-kericuhan baru dan keributan-keributan baru.

"Kita tidak menghendaki itu. Karena masyarakat bersama-sama dengan Polri dan TNI tentu akan tidak diam dan akan melakukan langkah-langkah serta tindakan untuk mencegah Itu semua terjadi karena masih mayoritas bangsa kita ini lebih mencintai Pancasila dan NKRI daripada yang menginginkan bangsa ini berubah. Pesan saya, berpolitik yang santun, jangan ada kericuhan-kericuhan karena tentu masyarakat bersama TNI-Polri tidak akan membiarkan itu terjadi," pungkasnya.

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x