Bocah Usia 11 Tahun di Tasikmalaya Meninggal Usai Diduga Dipaksa Setubuhi Kucing

21 Juli 2022, 15:13 WIB
Ilustrasi meninggal. /Foto : Pixabay/

ARAHKATA - Kisah pilu terjadi dengan seorang bocah laki-laki usia 11 tahun di Singaparna, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat (Jabar).

Bocah tersebut meninggal dunia pada Minggu 17 Juli 2022. Dia meninggal diduga mengalami kekerasan penganiayaan dan depresi usai dipaksa rekannya menyetubuhi kucing.

Manajer Program Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jabar Diana Wati mengatakan, institusinya sudah menerima informasi mengenai kasus itu.

Baca Juga: Sempat Kritis, Mantan PM Jepang Shinzo Abe Meninggal Dunia

"Si anak sebelum terjadi perundungan itu dan sebelum terjadi proses meninggal, si anak itu dikenai kekerasan dulu, ya, perundungan oleh teman-temannya begitu sampai ke arah si anak diminta untuk melakukan hubungan seksual ke binatang," kata Diana kepada wartawan pada Kamis 21 Juli 2022.

Momen anak itu menyetubuhi kucing disebar oleh para terduga pelaku di media sosial. Anak itu pun lalu mengalami trauma dan depresi tak mau makan dan minum serta murung hingga meninggal dunia.

"Dia tentu mengalami trauma yang hebat atau gejolak yang hebat," ujar Diana.

Baca Juga: Turut Berduka! Penyanyi Senior Bob Tutupoly Meninggal Dunia

Anak itu diduga tak berani menceritakan soal kasus yang dialaminya ke orang tuanya sehingga tertekan.

Meskipun demikian, Diana mengatakan, pihaknya masih mencoba melakukan sejumlah pendalaman agar dapat mengetahui kronologi peristiwa itu secara rinci.

"Kami sedang mencari info lain apakah ada penyakit lain yang diderita anak atau murni dari dia enggak mau makan karena saking tertekannya," ujarnya.

Baca Juga: Truk Pertamina Tabrakan Maut di Jalan Alternatif Cibubur, 11 Orang Meninggal

Selain melakukan pendalaman, Diana juga meminta ke pihak perlindungan anak di Kabupaten Tasikmalaya agar mulai menjalin komunikasi dengan para terduga pelaku yang diduga mengakibatkan kematian korban.

Jangan sampai ada korban lain yang diakibatkan ulah dari para terduga pelaku yang masih anak-anak.

"Mencoba untuk diskusi juga dengan anak-anak yang menjadi pelaku, khawatir ada korban lain dari mereka atau bahkan ada pelaku orang dewasa yang melakukan hal tersebut," kata Diana.

Baca Juga: Hoax! Popo Barbie Tepis Kabar Meninggal Dunia: Aku Cuma Kelelahan

Lebih lanjut, Diana menilai adanya kejadian itu terjadi karena imbas dari pola asuh salah yang dilakukan orang tua.

Di sisi lain, dia juga menyayangkan sistem perlindungan digital bagi anak-anak di Indonesia oleh pemerintah belum begitu baik.***

Editor: Tia Martiana

Tags

Terkini

Terpopuler