Wawan selanjutnya mengutarakan dari penelitian yang dilakukan Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), sebanyak 80% ikan yang dikonsumsi di Indonesia itu sudah mengandung mikroplastik. Menurutnya, sampah plastik paling banyak yang ditemukan di sungai adalah kantung plastik dan popok.
“Jadi, dampak plastik ini akan sangat berbahaya bagi kita. Karenanya, kami sangat mendorong pembatasan pemakaian plastik sekali pakai di masyarakat,” tukasnya.
Baca Juga: Hadiri PON XX Papua, Sandiaga Uno Makan Papeda
Sebenarnya, kata Wawan, sudah ada Permen LKH No. 75 tahun 2009 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen. Di sana diatur bagaimana industri mengelola sampah plastiknya sendiri.
“Ini seharusnya diperhatikan oleh semua industri yang harus bertanggung jawab mengelola sampah yang dihasilkan dari produk-produk kemasan plastik mereka,” ucapnya.
Namun produsen air kemasan galon sekali pakai belum melaporkan peta jalan pengurangan sampah mereka ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Apalagi, kata Wawan, angka daur ulang plastik di Indonesia itu sangat rendah, baru di bawah 11% angkanya. “Ini yang sangat memprihatinkan sekali. Makanya kita perlu mengurangi pemakaian plastik-plastik sekali pakai tadi,” katanya.
Baca Juga: Ladies, Ini 5 Alasan Kenapa Kamu Tak Perlu Menikah Buru-Buru
Di acara yang sama, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait dengan tegas mengatakan menolak semua bentuk kemasan plastik termasuk galon sekali pakai.
“Karenanya, saya sekarang menggunakan stainless. Hal itu karena saya tidak bisa lagi memilah-milah produk plastik yang aman dan tidak, sehingga saya dengan menggunakan stainless menjadi aman. Saya di rumah memasak air. Lebih aman dan percaya dan terkonfirmasi jika menggunakan air tanah,” katanya.***