Romo Benny: Ideologi Pancasila Garda Terdepan Cegah Pengaruh LGBT

- 14 Juli 2023, 14:52 WIB
Pakar Komunikasi Politik dan juga Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo.
Pakar Komunikasi Politik dan juga Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo. /Wijaya/ARAHKATA

Baca Juga: Ratusan Artefak Budaya Masa Lampau Indonesia Dikembalikan Belanda

"Dan itu bukan menjadi kesalahan bagi anak-anak, karena pendidikan Pancasila hampir 25 tahun hilang sejak setelah reformasi. Pendidikan pancasila tidak menjadi pelajaran utama. Sudah diganti dengan PPKN, didalam PPKN dominasi yang lebih banyak tentang kewarganegaraan, Tapi pendidikan karakter tidak, ini lah akibatnya. Jadi inikan kesalahan rezim harusnya yang dikoreksi bukan membunuh pendidikan pancasila nya. Itu kan tidak objektif. Kita ini negara besar pendidikan ideologi itu harus ditanamkan. contoh kalau dulu kita setiap hari senin itu upacara bendera dsn lagu indonesia raya kita nyanyikan dan membaca bersama-sama teks pancasila, sekarang semua itu hampir punah. Jadi jangan salahkan anak-anak kita kalau tidak memahami pancasila dan wawasan kebangsan.Jangan salahkan generasi muda tapi yang salah para elitnya," Tegasnya.

Dipertanyaan berikutnya untuk Romo Beny dari seorang Pegawai ASN di USU (Universitas Sumatera Utara) Fakultas Teknik, Surya Hidayat bertanya tentang LGBT atau tentang prilaku seks menyimpang yang sering dipertontonkan di media Sosial. Padahal sangat bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, yaitu butir sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa dan sila ke 2 Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Baca Juga: Ganjar Pranowo Bebastugaskan Kepala Sekolah SMKN 1 Sale Dugaan Pungli Kedok Infak

"Ini memang dilematis, disatu sisi ada kelainan di seksualnya dan salah pergaulan, yang pertama kita tidak boleh mengunakan kekerasan karena mereka juga ciptaan Tuhan, yang kedua tidak boleh diekspose dan di sosialisasikan LBGT bukan gaya hidup. LGBT bertentangan, namun negara harus hadir. Karena mereka (LGBT) ada kelainan dan butuh bimbingan dan pengawasan khusus, karena pola pendidikannya yang salah, opsesi orangtua, kelainan maedis, tidak boleh hanya pendekatan sektoral, serra pendekatan fisioterapi," Pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Wijaya Kusnaryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah