Penjelasan, Tafsir dan Hikmah Surah Al-Baqarah Ayat 183 Lengkap Beserta Artinya

- 3 April 2022, 22:27 WIB
Surat Al Kahfi Lengkap Ayat 1 Sampai 110 Sunnah Dibaca Pada Hari Jumat Disertai Teks Arab Latin dan Artinya. Foto: Ilustrasi Al Quran
Surat Al Kahfi Lengkap Ayat 1 Sampai 110 Sunnah Dibaca Pada Hari Jumat Disertai Teks Arab Latin dan Artinya. Foto: Ilustrasi Al Quran /Pexels/Ali Burhan

 

ARAHKATA - Surah Al-Baqarah ayat 183 merupakan ayat yang membahas tentang ibadah puasa.

Surah Al-Baqarah ayat 183 tersebut sudah terdengar familiar di kebanyakan kaum muslimin sebagai dalil wajibnya berpuasa agar menjadi pribadi bertaqwa.

Surah Al-Baqarah ayat 183 menjelaskan kewajiban berpuasa sebagaimana pernah dwajibkan pada kaum terdahulu.

Baca Juga: Mantap! Imam Syafii Khatam Qur'an Berkali-Kali Saat Ramadhan

Dilansir dari Muslim.or.id dikutip ARAHKATA pada Minggu 3 April 2022, ayat ini mengandung banyak pelajaran berharga berkaitan dengan ibadah puasa.

Surah Al-Baqarah ayat 183 tersebut berbunyi:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183)

Baca Juga: Semangat Berpuasa! Berikut 4 Tanda Meraih Taqwa

Ayat ini terdiri dari beberapa penggalan kalimat yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Penggalan pertama

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا

“Wahai orang-orang yang beriman”

Imam Ath-Thabari menyatakan bahwa maksud ayat ini adalah : “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, membenarkan keduanya dan mengikrarkan keimanan kepada keduanya”

Baca Juga: Sampai 20 Jam? Berikut Sederet Negara Durasi Puasa Ramadhan Terlama

Berdasarkan penggalan tersebut, dijelaskan lebih lanjut bahwa ada keterkaitan antara ibadah puasa dengan keimanan.

Iman secara bahasa memiliki arti percaya atau membenarkan.

Imam Asy Syafii menjelaskan:

وكان الإجماع من الصحابة والتابعين من بعدهم ممن أدركناهم أن الإيمان قول وعمل ونية ، لا يجزئ واحد من الثلاثة بالآخر

“Setahu saya, telah menjadi ijma para sahabat serta para tabi’in bahwa iman itu berupa perkataan, perbuatan, dan niat (perbuatan hati), jangan mengurangi salah satu pun dari tiga hal ini.”

Baca Juga: Simak! Berikut Deretan Negara Berbuka Puasa Tercepat

2. Penggalan kedua

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ

“Telah diwajibkan atas kamu berpuasa ”

Imam Al-Qurthubi menafsirkan ayat ini: “Sebagaimana Allah Ta’ala telah menyebutkan wajibnya qishash dan wasiat kepada orang-orang yang mukallaf pada ayat sebelumnya, Allah Ta’ala juga menyebutkan kewajiban puasa dan mewajibkannya kepada mereka. Tidak ada perselisihan pendapat mengenai wajibnya.”

Baca Juga: Simak, 10 Pembatal Puasa Ramadhan!

3. Penggalan ketiga

كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ

“Sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian”

Imam Al Alusi dalam tafsirnya menjelaskan: “Yang dimaksud dengan ‘orang-orang sebelum kalian’ adalah para Nabi sejak masa Nabi Adam ‘Alaihissalam sampai sekarang."

Baca Juga: Yuk Ikuti! 3 Tips Bantu Melawan Rasa Kantuk Saat Sholat Tarawih

4. Penggalan keempat

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Agar kalian bertaqwa”

Imam Al Baghawi memberikan penjelasannya: “Maksudnya, mudah-mudahan kalian bertaqwa karena sebab puasa. Karena puasa adalah wasilah menuju taqwa. Sebab puasa dapat menundukkan nafsu dan mengalahkan syahwat. Sebagian ahli tafsir juga menyatakan, maksudnya: agar kalian waspada terhadap syahwat yang muncul dari makanan, minuman dan jima.”

Baca Juga: Simak! Kumpulan Doa Awali Bulan Ramadhan

5. Hikmah
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah menjelaskan tentang keterkaitan antara puasa dengan ketaqwaan:

“Puasa itu salah satu sebab terbesar menuju ketaqwaan. Karena orang yang berpuasa telah melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Selain itu, keterkaitan yang lebih luas lagi antara puasa dan ketaqwaan:

-Orang yang berpuasa menjauhkan diri dari yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum, jima’ dan yang semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa.

Baca Juga: Batalkah Pasutri yang Bermesraan Saat Puasa? Ini Hukumnya Menurut Ulama

-Orang yang berpuasa melatih dirinya untuk mendekatkan diri kepada Allah, dengan menjauhi hal-hal yang disukai oleh nafsunya, padahal sebetulnya ia mampu untuk makan, minum atau berjima tanpa diketahui orang, namun ia meninggalkannya karena sadar bahwa Allah mengawasinya.

-Puasa itu mempersempit gerak setan dalam aliran darah manusia, sehingga pengaruh setan melemah. Akibatnya maksiat dapat dikurangi.

-Puasa itu secara umum dapat memperbanyak ketaatan kepada Allah, dan ini merupakan tabiat orang yang bertaqwa.

Baca Juga: Minuman Primadona Berbuka Puasa, Salah Satunya Es Kelapa Muda

-Dengan puasa, orang kaya merasakan perihnya rasa lapar. Sehingga ia akan lebih peduli kepada orang-orang faqir yang kekurangan. Dan ini juga merupakan tabiat orang yang bertaqwa.”***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: muslim.or.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah