Ekonomi Digital Indonesia Diyakini Optimis Bisa Kalahkan Tiongkok

11 Oktober 2022, 23:30 WIB
Ilustrasi - Seorang pengrajin rajutan memotret produknya untuk kemudian diunggah ke pasar digital. /ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj/ANTARA FOTO

ARAHKATA - Country Managing Director Grab Indonesia, Neneng Goenadi mengungkapkan, nilai ekonomi digital Indonesia bisa mengalahkan Tiongkok.

Sebabnya, menurut Neneng, Indonesia memiliki kekuatan digitalisasi yang masif. Bahkan, digitalisasi Indonesia sudah masuk ke pasar-pasar, bahkan hingga kota-kota pelosok di Indonesia.

"Nah, kita harus bangga, karena opportunity for us, is rich. Apalagi kita kerja bersama. Telkom ada infrastruktur, terus ada investornya dari pak Nata (Sunata Tjiterosampurno, Senior Partner Northstar Group). Ini kalau kita lihat, kalau orang mengatakan, Indonesia bisa menjadi big four, it will happen," kata Neneng dalam acara Investor Daily Summit 2022, dikutip ArahKata.com Selasa, 11 Oktober 2022.

Baca Juga: 22 Saksi Diperiksa Bareskrim Terkait Kasus Dugaan Korupsi Jet Pribadi Hendra Kurniawan

"Saya percaya, kita juga bisa mengalahkanTiongkok, karena semua kota-kota kecil sudah maju. Karena bisnis kami sudah sampai di kota kecil, driver, merchant kami ada di kota kecil,” tambahnya.

Neneng juga mengungkapkan mengenai digitalisasi di Indonesia. Menurut dia, kekuatan digitalisasi Indonesia terlihat karena Indonesia diperhitungkan di Asean.

"Karena google mengatakan, bahwa ekonomi digital Indonesia akan double di 2030. Penentrasi internet di pandemi itu 64%, post pandemi 74%, akselerasi cepat banget. Jadi kalau kita bisa bilang, pandemi ada blessing in disguise. Populasi masyarakat muda Indoneisa yang memahami seluler juga tinggi, ini memicu ledakan ekonomi digital,” ujar Neneng.

Baca Juga: Empat Tips Membangun Loyalitas Pelanggan Melalui Sosmed

Neneng juga menceritakan, kiprah Grab dalam melakukan proses digitalisasi di Indonesia. Di Grab, kata dia, pihaknya banyak melakukan on boarding kepada para pedagang pasar. Bahkan, saat ini sekitar 5.200 pedagang pasar yang sudah di-on board.

"Kalau di Grab, saya lihat, saat pandemi, pedagang pasar saat pandemi susah, akhirnya kita on board mereka ke platform kita, itu penghasilan mereka naik 6 kali lipat, dari biasanya Rp 15 juta per bulan menjadi Rp 120 juta. Itu mpok Siska di pasar Tomang, Jakarta. Jadi improvement-nya luar biasa," paparnya.

"Kenapa? Karena pada waktu pandemi enggak ada yang datang, terus kita on board, kebetulan mereka itu juga main Instagram, pelanggan-pelanggan yang enggak berani datang ke pasar, itu mereka akhirnya mesan lewat platform Grabmart. Jadi sekarang itu kita sudah 5.200 pasar yang kita on board,” terang Neneng.

Baca Juga: Perkara Guru Besar Unhas Sudah Dilimpahkan ke Kejati Sulsel

Lebih jauh, Neneng menuturkan, kalau ditanya apakah Indonesia digitalisasi sudah maju? Jawabanannya, iya. Karena, meski dalam pasar sekalipun, saat ini sudah bisa menggunakan digital.

"Kalau mengatakan bahwa kami punya tim, kami bilang bahwa masa depan besar Indonesia ada di kota kecil. Artinya apa? Sekarang di kota-kota kecil mereka sudah melek digital, seperti di Kupang, Jayapura dan lainnya," imbuhnya.

Survei mengatakan, terangnya lebih lama. Artinya ekonomi jalan kalau terangnya lebih lama. "Karena malam-malam masih tetap ada yang jualan. Jadi siapa yang mengatakan bisnis itu ada di kota besar, sekarang enggak, ada juga di kota kecil juga. Jadi itu sesuatu hal yang sangat menggembirakan,” tandas Neneng.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Tags

Terkini

Terpopuler