Yuk Intip Komposisi dan Portofolio Bank Syariah Indonesia

- 2 Februari 2021, 20:51 WIB
/

ARAHKATA - Kemarin, PT Bank Syariah Indonesia Tbk diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta.

"Dengan mengucap bismillahiramanirohim PT Bank Syariah Indonesia Tbk, saya nyatakan diluncurkan berdirinya," kata Jokowi dalam konferensi pers virtual dari Istana Negara, Jakarta.

Jokowi menyebut, sudah sewajarnya Indonesia menjadi salah satu negara yang terdepan dalam hal perkembangan ekonomi syariah.

Bank Syariah Indonesia merupakan merger tiga bank Badan Usaha Milik Negara, yaitu PT Bank BRIsyariah Tbk (BRIS), PT Bank Syariah Mandiri (BSM) dan PT Bank BNI Syariah (BNIS).

Penggabungan tiga bank syariah Himbara telah mencapai tahap akhir, setelah jelang akhir pekan lalu bank ini mendapatkan izin penggabungan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan dikukuhkan secara hukum oleh Kementerian Hukum dan HAM untuk nama dan logo barunya. Proses penggabungan yang disebut telah dimulai sejak Maret tahun lalu.

PT Bank Syariah Indonesia akan menggunakan ticker BRIS di pasar saham dalam negeri, mengingat BRISyariah menjadi bank yang menjadi entitas penggabungan.

Sebelum resmi digabungkan, BRIS telah melaporkan kinerja keuangannya untuk periode yang berakhir pada 31 Desember 2020 dengan hasil yang sangat memuaskan. Bank ini sepanjang tahun lalu mencatatkan laba bersih senilai Rp248 miliar pada akhir 2020 lalu. Capaian laba bersih ini naik 235,14 persen dari posisi 2019.

Hingga triwulan IV 2020 BRIsyariah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp40 triliun, tumbuh mencapai 46,24 persen year-on-year (yoy). Pertumbuhan pembiayaan ditopang segmen ritel yakni SME, mikro dan konsumer. Pertumbuhan pembiayaan paling tinggi disumbang oleh pembiayaan mikro mencapai Rp10,7 triliun, tumbuh 163 persen yoy.

Total KUR yang disalurkan BRIsyariah pada tahun 2020 mencapai Rp4,5 triliun. Sebesar 40 persen penyaluran KUR disalurkan ke sektor ekonomi produksi. Sementara sekitar 37,7 persen difokuskan ke sektor ekonomi perdagangan dan sekitar 22 persen di sektor jasa. Selain mikro, perusahaan menyalurkan Rp7,4 triliun pembiayaan untuk segmen kecil dan menengah, tumbuh sebesar 65 persen yoy.

Di masa pandemi, perusahaan memprioritaskan pembiayaan pada sektor yang lebih minim risiko, seperti pertanian, peternakan dan alat kesehatan. Rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) tercatat 1,7 persen di akhir tahun lalu, turun dibanding dengan akhir tahun sebelumnya. Dari sisi pendanaan, dana pihak ketiga BRIsyariah tumbuh 44,61 persen.

Halaman:

Editor: Ahmad Ahyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x