Pemprov Jatim Dituding Tak Sigap Antisipasi Kelangkaan Nakes

- 29 Juli 2021, 14:40 WIB
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Artono
Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Artono /Adi Suprayitno/ARAHKATA

ARAHKATA - Lonjakan pasien Covid-19 di Jawa Timur berdampak pada kekurangan tenaga kesehatan (Nakes). Mengingat tingginya kasus COVID-19 tak hanya pasien positif yang banyak meninggal dunia, tetapi juga mengakibatkan krisis Nakes.

Wakil Ketua Komisi E DPRD Jatim, Artono mengatakan, krisis Nakes seharusnya bisa diantisipasi sejak awal adanya pandemi Covid-19.

Pemprov Jatim dinilai harus bisa sigap antisipasi terjadi krisis nakes karena meninggal dunia akibat tertular COVID-19 ketika merawat pasien positif.

Baca Juga: Teknologi Edukasi Jadi Solusi Sistem Pendidikan Selama Pandemi

Begitu juga halnya rumah sakit darurat. Pemprov harus bisa memperbanyak jumlah rumah sakit darurat untuk mengatasi membludaknya pasien positif Covid-19.

“Kalau sejak dulu disiapkan, tentunya tak kelabakan semua. Baik kekurangan rumah sakit, maupun nakesnya. Sekarang disaat adanya lonjakan, bingung karena kekurangan rumah sakit darurat dan nakesnya," tegas Artono, dikonfirmasi, Kamis 29 Juli 2021.

Baca Juga: Gagal ke Perempatfinal, Kevin Sanjaya Banting Raket

Politisi asal PKS itu menegaskan, solusi untuk mengatasi kekurangan Nakes adalah melakukan rekrutmen secara besar-besaran.

Untuk menarik pelamar Nakes tersebut, Pemprov harus komitmen untuk memberikan gaji yang menarik, tunjangan kesehatan yang cukup bagi pelamar.

“Buka lowongan nakes untuk membantu pasien COVID-19 untuk menjawab krisis nakes saat ini. Tentu dengan gaji tepat waktu dan intensif yang besar," pintanya.

Baca Juga: Pesan Terlalu Banyak Makanan, Panitia Olimpiade Tokyo 2020 Minta Maaf

Untuk diketahui, tenaga kesehatan di Jawa Timur banyak yang meninggal dunia. Dari data Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI ) Jatim tercatat, ada 426 nakes yang meninggal dunia akibat terpapar COVID-19 selama pandemi. Dari 426 nakes, 191 di antaranya adalah perawat.

Kemudian, 113 dokter dan sisanya tenaga kesehatan penunjang lainnya. Perawat yang gugur akibat COVID-19, terbanyak dari Kota Surabaya yakni 28 orang, Lamongan dan Kabupaten Kediri masing-masing 11 perawat, dan Sumenep 10 perawat.***

Editor: Agnes Aflianto


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah