Kata Siapa Ghibah Itu Dosa? Begini Hukumnya

- 15 Maret 2021, 17:48 WIB
Ilustrasi Bergunjing
Ilustrasi Bergunjing /Foto: Pixabay

ARAHKATA - Menurut bahasa, ghibah artinya menggunjing. Menurut istilah, ghibah berarti membicarakan kejelekan dan kekurangan orang lain dengan maksud mencari kesalahan kesalahannya, baik jasmani, agama, kekayaan, akhlak.

Menurut Wikipedia. Ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.

Menurut seorang cendikiawan muslim Dr. Yusuf al Qardawi mengatakan, “Ghibah adalah keinginan untuk menghancurkan orang, keinginan menodai harga diri, kehormatan, kemuliaan orang lain, sedangkan mereka tidak ada di hadapannya."

Baca Juga: Pernah Mimpi Jatuh, Apa Sih Artinya?

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda yang artinya, "tahukah kalian, apakah itu ghibah?"

Para sahabat menjawab, ‘Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.’

Rasulullah SAW bersabda, "engkau membicarakan sesuatu yang terdapat dalam diri saudaramu mengenai sesuatu yang tidak dia sukai."

Salah seorang sahabat bertanya, "wahai Rasulullah SAW, bagaimana pendapatmu jika yang aku bicarakan benar-benar ada pada diri saudaraku?"

Rasulullah SAW menjawab, "jika yang kau bicarakan ada pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mengghibahinya. Sedangkan jika yang engkau bicarakan tidak terdapat pada diri saudaramu, maka engkau sungguh telah mendustakannya.”
(H. R. Muslim)

Orang yang mengghibah diibaratkan memakan daging bangkai. "Demi Allah, salah seorang dari kalian memakan daging bangkai ini (hingga memenuhi perutnya) lebih baik baginya daripada ia memakan daging saudaranya (yang muslim). (H.R. Bukhari)

Baca Juga: UPDATE Covid-19 15 Maret 2021, Pasien Sembuh Meningkat Drastis

Dari Anas bin Malik ra, Rasulullah bersabda: Ketika saya dimirajkan, saya melewati suatu kaum yang memiliki kuku dari tembaga sedang mencakar wajah dan dada mereka. Saya bertanya: Siapakah mereka ini wahai Jibril? Jibril menjawab: Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia (ghibah) dan melecehkan kehormatan mereka, (HR Abu Daud 4878. Hadis shahih).

Hukum ghibah itu diharamkan berdasarkan kata sepakat ulama. Ghibah termasuk dosa besar. Masalah ghibah kelihatannya adalah masalah yang sepele dan ringan, akan tetapi sebenarnya masalah ini adalah masalah yang sangat berat karena menyangkut kehormatan seseorang. Apalagi kalau yang dighibahkan adalah saudara muslim sendiri, yang seharusnya kita jaga kehormatannya.

Dilansir dalam islam.nu.or.id, Rasulullah SAW sudah menyatakan bahwa dosa ghibah lebih berat dari dosa zina:

الْغِيبَةُ أَشَدُّ مِنَ الزِّنَا . قِيلَ: وَكَيْفَ؟ قَالَ: الرَّجُلُ يَزْنِي ثُمَّ يَتُوبُ، فَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَإِنَّ صَاحِبَ الْغِيبَةِ لَا يُغْفَرُ لَهُ حَتَّى يَغْفِرَ لَهُ صَاحِبُهُ

Artinya,:

"Ghibah itu lebih berat dari zina." Seorang sahabat bertanya, 'Bagaimana bisa?' Rasulullah SAW menjelaskan, 'Seorang laki-laki yang berzina lalu bertobat, maka Allah bisa langsung menerima tobatnya. Namun pelaku ghibah tidak akan diampuni sampai dimaafkan oleh orang yang dighibahnya,'" (HR At-Thabrani).

Sudah jelas bahwa orang yang gemar bergunjing atau suka ghibah hukumnya haram dan mendapatkan dosa besar. Lantas bagaimana dengan hukum bagi orang yang mendengarkan?

Baca Juga: UNDP: Perempuan di Indonesia Masih Banyak yang Sulit Dapat Akses Penting

Berkata Imam Nawawi dalam Al-Adzkar : ”Ketahuilah bahwasanya ghibah itu sebagaimana diharamkan bagi orang yang menggibahi, diharamkan juga bagi orang yang mendengarkannya dan menyetujuinya.

Maka wajib bagi siapa saja yang mendengar seseorang mulai menggibahi (saudaranya yang lain) untuk melarang orang itu kalau dia tidak takut kepada mudhorot yang jelas.

Dan jika dia takut kepada orang itu, maka wajib baginya untuk mengingkari dengan hatinya dan meninggalkan majelis tempat ghibah tersebut jika memungkinkan hal itu.

Jika dia mampu untuk mengingkari dengan lisannya atau dengan memotong pembicaraan ghibah tadi dengan pembicaraan yang lain, maka wajib bagi dia untuk melakukannya. Jika dia tidak melakukannya berarti dia telah bermaksiat.”

Kebanyakan orang menganggap ghibah hal yang wajar sehingga tidak jarang menjadi bagian dari komunikasi dan bersosialisasi sehari-hari. Padahal bahaya ghibah tidak sedikit dan bisa berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

Bahkan dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya masalah mental yang kronis, seperti depresi klinis, gangguan stres pascatrauma, serangan panik, perasaan bersalah, hingga bunuh diri.

Baca Juga: Jangan Ikut Ngambek, Ini 7 Cara Menghadapi Suami yang Sedang Marah

Untuk itu mulai sekarang hindari ghibah. Jangan mudah mempercayai informasi yang tidak jelas kebenarannya. Apalagi sampai ikut menyebarkannya. Tahan diri untuk berkomentar dan terlibat untuk ghibah.

Hentikan kebiasaan membicarakan orang lain di belakang mereka. Jika kamu memiliki masalah dengan orang lain, akan lebih bijak jika menghadapinya secara langsung dan berbicara dengan baik-baik.

Seandainya kamu yang menjadi topik ghibah, maka langkah terbaik adalah dengan memblokir semua akses komunikasi dengan pelaku dan benar-benar mengabaikannya.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah