Waspada Varian Baru Covid-19, Jepang Larang WNA Masuk

28 Desember 2020, 17:18 WIB
Ilustrasi Covid-19. /Pexels/markus spiske/

ARAHKATA – Kasus virus Covid-19 dengan varian baru telah dikonfirmasi di beberapa negara Eropa pada Sabtu, termasuk Spanyol, Swedia dan Swiss. Semuanya terkait dengan orang-orang yang datang dari Inggris.

Sementara itu, Jepang telah mengumumkan melarang semua pendatang baru terlebih warga negara asing mulai Senin, 28 Desember 2020 menyusul penemuan varian pada pelancong dari Inggris.

Karena penyebaran virus baru yang lebih menular, Jepang menutup perbatasannya dari 28 Desember 2020 hingga 31 Januari 2021 untuk semua pendatang baru kecuali penduduk asing berkewarganegaraan Jepang.

Baca Juga: Kasatgas Covid-19 Doni Monardo Sesalkan Kasus Asusila Sesama Jenis di Wisma Atlet

Saat ini masih belum diputuskan kapan turis reguler dapat kembali masuk ke negara itu, tetapi itu tidak mungkin terjadi dalam jumlah yang cukup besar sebelum musim gugur 2021 setelah berakhirnya pertandingan Olimpiade dan Paralimpiade.

Penutupan dan pembatalan

Sebagian besar tempat wisata di Jepang ditutup pada bulan April dan Mei; namun sejak akhir Mei, banyak dari mereka telah dibuka kembali. Hanya beberapa yang tetap tutup hingga sekarang.

Sebagian besar acara dan festival nasional telah dibatalkan atau ditunda.

Baca Juga: Dilangkahi Sang Adik, Ekspresi Via Vallen Jadi Pembicaraan

Media Jepang melaporkan, saat ini pejabat kesehatan berusaha melacak kontak mereka dan kemungkinan rute penularan.

Kelima orang yang terinfeksi di Jepang tersebut baru-baru ini tiba dari Inggris. Mereka telah dikarantina.

Selain di Jepang, kasus varian baru dari Inggris telah ditemukan juga di Prancis, Denmark, hingga Australia.

Baca Juga: 5 Tips Kembangkan Bisnis yang Lahir Saat Pandemi

Sementara itu, kasus pertama Prancis dari varian virus corona yang lebih menular itu adalah seorang warga kota Tours, di wilayah Centre-Val de Loire di bagian barat negara Prancis.

Ia baru tiba dari London pada 19 Desember 2020 lalu.

Kementerian Kesehatan Prancis mengatakan, pasien tidak menunjukkan gejala.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler