Vaksin Sinovac dan Vaksin Nusantara, Mana yang Kamu Pilih?

17 Februari 2021, 14:40 WIB
Ilustrasi vaksin Nusantara dan Sinovac /Arahkata/

ARAHKATA - Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) masih melumpuhkan warga Indonesia sampai saat ini. Terbukti berdampak negatif terhadap sejumlah sektor kehidupan manusia seperti kesehatan, ekonomi, dan pendidikan.

Tepatnya pada 7 Juli 2020, WHO akhirnya mengakui bahwa penyebaran virus corona dapat melalui udara atau airborne.

WHO juga menyertakan bukti bahwa inti tetesan (aerosol) yang keluar ketika menguap, bernapas, dan berbicara mengandung RNA SARS-CoV-2.

Baca Juga: Ditemukan di Subang dan Karawang, Ribuan Kotak Oranye Ini Ternyata Berisi Bantuan untuk Korban Banjir

Sejumlah ilmuwan dunia, masih berupaya untuk menemukan vaksin yang tepat dan efektif melawan virus tersebut.

Hingga 2 Februari 2021, Indonesia sudah menerima total bahan baku vaksin covid-19 dari Sinovac, sebanyak 25 juta dosis untuk diproduksi sebagai vaksin jadi.

Arahkata.com merangkum dari berbagai sumber Bio Farma sudah menyiapkan 13 juta dosis vaksin covid-19, untuk segera didistribusikan dalam program vaksinasi yang sedang berjalan.

Vaksin jadi ini kembali akan diuji mutu oleh Bio Farma dan Badan POM terlebih dahulu, agar memenuhi syarat. Produksi berikutnya diperkirakan selesai pertengahan Maret 2021.

Baca Juga: Tujuh Provinsi PPKM Jadi Prioritas Vaksin Covid-19

Vaksinasi memicu kekebalan tubuh. Dengan menyebabkan sistem kekebalan tubuh penerima, bereaksi terhadap antigen yang terkandung dalam vaksin virus corona.

Reaksi lokal dan sistemik seperti nyeri pada tempat suntikan atau demam dapat terjadi sebagai bagian dari respons imun.

Vaksin yang berkualitas adalah vaksin yang menimbulkan reaksi ringan seminimal mungkin, namun tetap memicu respons imun terbaik. Frekuensi terjadinya reaksi ringan vaksinasi ditentukan oleh jenis vaksin.

Pasca disuntik vaksin virus corona, kita tetap harus patuhi protokol kesehatan dengan menjaga jarak, mengenakan masker, serta mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

Kemarin Selasa, 16 Februari 2021 Rumah Sakit Karyadi bekerjasama dengan Universitas Diponegoro menggelar Vaksin Nusantara.

Tahapannya kini masuk uji klinis tahap 2. Vaksin ini berbeda dengan vaksin sebelumnya. Mengubah sel darah putih penderita manjadi vaksin.

Baca Juga: Sensasi Kelahiran Anak, Fiersa Besari : Deg-degannya Mengalahkan Ijab Kabul

Vaksin berasal dari sel dendritik autolog (komponen dari sel darah putih), yang dipaparkan dengan antigen protein S dari SAR-CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali.

Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SAR- CoV-2.

Hal ini masih memicu kontroversi, dan pemerintah masih terus mengupayakan jalan terbaik untuk memutus mata rantai covid-19.

Menurut Dr. Ines Atmosukarto seorang peneliti sekaligus Chief Executive Officer dan Chief Scientific Officer untuk Lipotek, mengatakan dalam akun twitternya karena vaksinasi memerlukan purifikasi sel darah putih tentunya harus ada lab dan peralatan khusus yang diijinkan memanipulasi sel manusia ex Vivo.

"Kemudian sel dendritik itu diperkenalkan dengan 'antigen' yang belum dijelaskan asalnya untuk vaksin Nusantara," tuitnya lagi.*** (Nur)

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler