Hindari Bertengkar di Depan Anak, Ini Dampak Buruknya

- 30 Desember 2020, 10:35 WIB
Ilustrasi Pertengkaran Orang Tua
Ilustrasi Pertengkaran Orang Tua /Pixabay

ARAHKATA - Bertengkar dengan pasangan memang wajar tetapi jangan sampai melakukannya di depan anak.

Pasalnya, hal ini dapat membawa pengaruh negatif bagi kesehatan mental, bahkan menimbulkan trauma pada buah hati.

Trauma apa yang bisa muncul dari pertengkaran orangtua dan bagaimana cara mengatasinya?

Baca Juga: 7 Hal Penting Dalam Perawatan Kulit Saat Usia 40-an, Cegah Penuaan Dini

Setiap anak memiliki reaksi berbeda, tapi umumnya Anda bisa melihat perbedaan perilaku anak setelah melihat pertengkaran orangtua tersebut.

Terlebih di masa perkembangan anak 6-9 tahun ia dapat dengan mudah belajar dan merekam semua hal yang ia lihat, termasuk karena melihat pertengkaran orangtua.

Atas dasar itulah, sebisa mungkin bertengkar di depan anak harus dihindari.

Baca Juga: 7 Manfaat Susu Kambing Bagi Kesehatan, Nomor 6 Bikin Awet Muda

Berbagai tanda anak trauma setelah melihat pertengkaran orangtua yaitu:

Bersikap seolah ia takut pada orangtuanya
Menghindari kedua orangtuanya dalam berbagai kesempatan
Sering murung, banyak menyendiri, atau suka menangis.
Muncul gejala depresi, kecemasan, masalah perilaku, maupun stres pada anak.
Faktanya, ternyata bukan jumlah pertengkaran orangtua yang paling berdampak bagi diri anak.

Faktor yang paling berpengaruh pada anak yakni apakah pertengkaran kedua orangtua bertambah parah atau justru semakin baik dengan saling berdamai.

Baca Juga: Canda Surya Saputra ketika Istri Minta Libur Syuting Ikatan Cinta, Bakal Didemo Emak-Emak 

Pertengkaran orangtua bukanlah masalah bila Anda dan pasangan berusaha menyelesaikan masalah.

Sayangnya, tidak semua orangtua menyadari bahwa anak-anak sangat sensitif terhadap konflik atau pertengkaran ayah dan ibunya.

Padahal, usia anak-anak merupakan masa di mana tumbuh kembangnya sedang berjalan dengan pesat.

Baca Juga: Nissa Sabyan Raih Predikat Artis Nasyid Pilihan Nusantara di Malaysia

Anda perlu menumbuhkan rasa empati, menerapkan cara mendisiplinkan anak, hingga membiasakan anak jujur.

Jika pertengkaran tidak bisa dihindarkan hingga terlihat oleh si kecil, sebaiknya Anda dan pasangan segera memberikan ia pengertian.

Jelaskan pada anak apa yang baru saja terjadi agar ia tidak merasa tertekan bahkan sedih.

Penjelasan tentang apa itu bertengkar perlu disesuaikan dengan usia anak.

Baca Juga: Gratis ! Super Junior,NCT, Exo , Shinee dkk Bakal Hibur Kpop Mania di Konser Daring Tahun Baru

Ketika ia masih kecil, Anda bisa menjelaskan dengan kalimat seperti, “Adik, tadi Ibu dan Ayah cuma marahan sebentar kayak kamu dan teman di sekolah, tapi kita udah baikan, kok.”

Jelaskan juga bahwa dengan bertengkar ibu dan ayah jadi paham apa yang disukai dan tidak disukai, seperti si kecil dan temannya di sekolah.

Setelahnya, sampaikan bahwa ibu dan ayah akan belajar agar bersikap lebih baik lagi nantinya.

Sementara bila bertengkar di depan anak usianya sudah semakin dewasa, orangtua bisa menjelaskan dengan lebih jujur.

Baca Juga: Dilangkahi Sang Adik, Ekspresi Via Vallen Jadi Pembicaraan

Jelaskan bahwa setiap orang punya perbedaan pendapat, termasuk ibu dan ayah.

Tak lupa, jelaskan juga bahwa meskipun bertengkar, Anda dan pasangan sedang berusaha atau sudah menyelesaikan masalah beda pendapat tersebut.

Arti bertengkar di depan anak remaja bisa dijelaskan sebagai proses belajar mengenal antara ayah dan ibu sembari memperbaiki diri.

Penjelasan yang jujur pada anak usia remaja ke atas penting dilakukan.

Baca Juga: Ini 10 Cara Manjur jika Ingin Memikat Hati Wanita

Hal ini perlu dilakukan agar anak paham kondisi orang tua dan merasa dipercaya dan dilibatkan dalam keluarga.

Di usia 6-9 tahun, ada juga perkembangan kognitif anak, perkembangan sosial anak, dan perkembangan fisik anak di samping perkembangan emosinya.

Apabila pertengkaran di depan anak betul-betul tidak dapat dihindari, ada beberapa hal yang dapat dilakukan orangtua.

Berikut cara untuk mengatasi trauma usai bertengkar di depan anak:

Baca Juga: 4 Cara Mengembalikan Kepercayaan yang Telah Sirna

1. Tanyakan apa yang anak rasakan

Pertama, tanyakan apa yang dipikirkan dan apa perasaan anak setelah melihat ibu dan ayahnya bertengkar.

Dengarkan penjelasan anak baik-baik, kemudian pahami persepsi dan perasaan mereka.

Bila anak terlihat sedih dan kecewa, beri ia waktu untuk menenangkan diri sembari tetap menemaninya.

Ini bertujuan agar anak merasa bahwa ia masih mendapatkan perhatian dari orangtuanya.

Hindari melakukan kekerasan pada anak sebagai bentuk pelampiasan dari pertengkaran Anda dengan pasangan.

Baca Juga: Tayang Hari Ini Love For Sale 2 dan Danur 2, Berikut Jadwal Trans 7 Minggu 27 Desember 2020

2. Berikan penjelasan kepada anak

Orangtua bisa melakukan edukasi usai bertengkar di depan anak.

Edukasi di sini maksudnya dengan memberikan penjelasan kepada anak tentang pertengkaran yang terjadi di antara orangtua.

Setidaknya, katakan pada anak, bahwa pertengkaran ini hanya sesaat, ibu dan ayah juga sudah berbaikan setelahnya.

Ibu dan ayah bisa melihat bagaimana reaksi dan dampak ke anak beberapa hari atau minggu kemudian.

Baca Juga: Begini Ucapan Menyentuh Jimin BTS Kepada Army Ketika Rilis Lagu Christmas Love

Beri keyakinan kepada anak bahwa hubungan kedua orangtua alias Anda dan pasangan masih akan baik-baik saja setelah pertengkaran tersebut.

Sampaikan juga bahwa Anda dan pasangan tetap saling percaya dan mencintai satu sama lain, tetapi hal ini bukan berarti suatu hubungan akan selalu berjalan sempurna.

Sebab terkadang, anak mungkin berpikir bahwa pertengkaran berarti kedua orangtuanya tidak saling mencintai, melansir dari Kids Health.

Baca Juga: MCND Segera comeback Januari 2021

Semua orangtua, termasuk ayah dan ibu, yang saling sangat mencintai sekali pun pernah punya masalah yang perlu diselesaikan.

Jika sikap anak tidak berubah, masih ceria seperti biasa, orangtua sebisa mungkin jangan menunjukkan lagi pertengkaran tersebut.***

Editor: Ahmad Ahyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x