Benarkah Pancaran Wifi Memicu Kanker? Simak Penjelasan Ini

- 9 Maret 2021, 10:57 WIB
Cara mengubah password wifi First Media
Cara mengubah password wifi First Media /pixabay/geralt

ARAHKATA - Beberapa waktu lalu sempat ada pesan berantai yang beredar di media sosial, tentang kondisi anak bernama Zein Raffael Khasan terkena kanker darah. Orang yang menyebarkan pesan menuliskan hal itu terjadi karena penggunaan gadget dan pancaran Wifi.

Hingga saat ini, selasa 9 Maret 2021 pesan tersebut masih beredar di berita what's up beberapa masyarakat. Isu meresahkan seputar radiasi yang diproduksi oleh ponsel dan jaringan Wifi.

Setelah ditelusuri arahkata.com dari laman Kominfo.go.id cerita Zein Raffael mengidap kanker darah adalah benar, cerita tersebut dipublikasikan oleh website Kitabisa.com, akan tetapi tidak ada penjelasan mengenai apa yang menjadi penyebab Zein Raffael mengidap kanker, hanya diperkirakan karena radiasi Wifi.

Baca Juga: Jangan Salah, Overprotective terhadap Anak Justru Berbahaya

Faktanya Ponsel memang bekerja dengan sistem radiasi, atau lebih tepatnya gelombang radio, begitu juga dengan microwave, pemancar radio, WiFi, dan banyak peralatan elektronik lainnya.

Gelombang ini memang menerpa tubuh kita dan terserap. Tetapi sampai saat ini tidak ada bukti nyata radiasi Wifi atau ponsel menyebakan kanker.

Menurut dokter penyebab utama kanker dapat terjadi karena multifaktor, seperti gen, usia, jenis kelamin, gaya hidup, riwayat kesehatan dan lain sebagainya.

Merangkum dari laman Mayo Clinic, pendapat mengenai keterkaitan ponsel dengan kanker dianggap masih kontroversial.

Baca Juga: Dear Orangtua, Lakukan Stimulasi untuk Anak Agar Tumbuh Maksimal

Itu karena studi bertahun-tahun tentang hal ini menghasilkan hasil bertentangan.

Salah satu perhatian utama dalam asumsi ini adalah ketakutan bahwa penggunaan ponsel memicu risiko perkembangan kanker otak dan kanker darah.

Namun hal ini terbantahkan dari hasil penelitian yang diikuti oleh empat ratus dua puluh ribu pengguna ponsel, selama dua puluh tahun.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti tidak menemukan hubungan antara ponsel dan tumor otak.

Dengan kata lain, tidak ada bukti ilmiah yang menyebut risiko kanker meningkat akibat penggunaan ponsel.

Hal yang sama juga tertulis di laman resmi Cancer Research UK, bahwa tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa penggunaan ponsel bisa meningkatkan risiko atau menyebabkan kanker.

Lebih lanjut, laman tersebut menjelaskan bahwa radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang dipancarkan dan diterima oleh ponsel bersifat non-ionisasi dan sangat lemah.

Meskipun begitu, para ahli dari organisasi kesehatan dunia (WHO) sangat menganjurkan agar pemakaian ponsel di kalangan usia anak-anak dibatasi sedemikian rupa dengan pemakaian 'hands free' atau 'screen time' guna meminimalkan risiko buruk yang mungkin terjadi.

Baca Juga: Tagar Hari Musik Nasional Trending di Jagat Maya

Untuk panduan screen time yang aman ialah sebagai berikut:

  • Anak-anak berusia di bawah 18 bulan harus menghindari waktu layar, selain video-chatting.
  • Anak-anak berusia 18 bulan hingga 2 tahun dapat menonton atau menggunakan program atau aplikasi berkualitas tinggi jika orang dewasa menonton atau bermain dengan mereka untuk membantu mereka memahami apa yang mereka lihat.
  • Anak-anak berusia 2-5 tahun seharusnya tidak lebih dari satu jam sehari waktu layar dengan orang dewasa menonton atau bermain dengan mereka
  • Anak-anak berusia 6 tahun ke atas harus memiliki batas yang konsisten pada waktu yang mereka habiskan di media elektronik dan jenis media yang mereka gunakan.

Untuk menetralisir informasi yang tidak benar atau hoaks masih menjadi tantangan bagi Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika. Oleh karena itu, diperlukan kerja bersama yang solid dalam mengatasi hal tersebut.

"Suatu hal yang menantang, kita bisa menetralisir hoaks yang sudah tersebar," ujar Plt. Dirjen IKP Kementerian Kominfo Mira Tayyiba ketika memberikan kata sambutan dalam serah terima jabatan di Kantor Kementerian Kominfo, Senin 8 Maret 2021.

Menurut Plt. Dirjen Mira Tayyiba, seluruh jajaran di Ditjen IKP harus bersinergi secara intensif dalam menetralisir informasi hoaks di berbagai kanal. Sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh masing-masing unit kerja pada lingkup lingkungan kerja IKP tentunya.

Mira Tayyiba meminta jajarannya melakukan langkah-langkah strategis dalam memberikan informasi yang benar kepada masyarakat. Karena, dengan melakukan hal tersebut akan efektif memerangi setiap informasi tidak benar yang beredar.

"Kita harus kerja sama dengan seluruh jajaran di lingkungan Kominfo agar melawan hoaks dengan efektif," imbuhnya.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x