ARAHKATA - Pesatnya perkembangan teknologi digital serta smartphone (gawai) bisa membawa dampak negatif kepada remaja terlebih jika minimnya pengawasan dari orang tua.
Orang tua bersama guru bimbingan dan konseling (BK) perlu berkolaborasi memantau risiko kecanduan gawai pada remaja termasuk saat pandemi COVID-19, menurut Widyaiswara Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Ana Susanti.
"Guru BK harus bekerja sama dengan orang tua mengenali tanda dan gejala awal yang mengarah atau berisiko tinggi kecanduan itu. Kemudian, guru BK perlu melakukan intervensi yang diperlukan untuk mencegah atau menemukan dampak merugikan dari penggunaan smartphone," ujar Ana Susanti dalam webinar Remaja dan Gawai yang diselenggarakan Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB), dilansir ANTARA dikuip ArahKata.com, Rabu, 18 Mei 2022.
Baca Juga: Gala Sky Sedih Instagram Vanessa Angel Hilang, Warganet Seret Doddy Sudrajat
Gawai sendiri sebenarnya tak selalu berdampak buruk pada remaja dan hal ini salah satunya ditunjukkan survei dilakukan Gregorio Serra dari Unit of Pediatrics di Campus Bio-Medico University, Roma, Italia pada .Juli 2021 mengenai seberapa sering smartphone digunakan anak dan remaja selama pandemi COVID-19.
Survei yang melibatkan sekitar 5.000 orang berusia 14-18 tahun itu memperlihatkan adanya perubahan tujuan penggunaan smartphone di kalangan remaja yakni pada koneksi manusia, pembelajaran dan hiburan.
Hasil Survei menunjukkan penggunaan smartphone memberikan dukungan psikologis dan sosial selama pandemi COVID-19 sebagai akibat dari tindakan pengendalian infeksi virus.
Baca Juga: Serius dengan Rizky Febian, Mahalini Raharja Belum Mau Nikah di Usia Muda
Tetapi, di sisi lain, gawai memberikan dampak negatif yakni peningkatan signifikan dari penggunaan berlebihan dan kecanduan. Sebelum pandemi, yang risiko mengalami kecanduan itu lebih tinggi tetapi setelah pandemi risikonya lebih rendah.