Pakar Bantah Kemasan AMDK Galon Berbahan Polikarbonat Sebabkan Anak Autis

- 18 Juni 2024, 16:07 WIB
Ilustrasi - Kemasan untuk AMDK galon biru. (ANTARA/Aris Wasita)
Ilustrasi - Kemasan untuk AMDK galon biru. (ANTARA/Aris Wasita) /

ARAHKATA - Guru Besar Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI) Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K) membantah bahwa air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang biru berbahan polikarbonat menyebabkan anak terkena autisme.

“Tidak ada kajian tentang pengaruh air dari galon guna ulang biru dengan penyakit autis pada anak, belum ada buktinya juga,” kata Rini di Jakarta, Senin, 17 Juni 2024.

Rini menuturkan belum ada bukti yang akurat menyangkut hal tersebut. Meski dulu pernah ada penelitian yang mendukung pengaruh zat tembaga logam terhadap penyebab autis, namun tidak ada kesimpulan yang membenarkan hal tersebut.

Baca Juga: Guru Besar Sebut Ekonomi Sulit Tumbuh Karena Kementerian Perindustrian Mandul

Akhirnya, penelitian terkait korelasi keduanya makin jarang dilakukan dan pencarian penyebab autis tidak lagi jadi perhatian sampai saat ini.

Menurutnya, air galon guna ulang biru itu justru sangat baik untuk kesehatan karena mengandung mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia karena mengandung mineral.

“Kalau dikatakan bisa menyebabkan autis, seharusnya sudah banyak anak-anak di Indonesia yang menderita autis karena yang minum air galon kan banyak. Tapi, nyatanya, yang autis bisa dihitung jari,” ucap Rini.

Baca Juga: Badai PHK Melanda Indonesia Akibat Tak Kuat Hadapi Gempuran Produk Impor

Sejauh ini, autisme diketahui disebabkan oleh adanya masalah atau gangguan perilaku pada anak yang disebabkan banyak faktor, salah satunya faktor genetik.

Beberapa faktor risiko lain yang telah teridentifikasi seperti riwayat prematur, riwayat kejang pada masa bayi, dan karena infeksi masa lampau.

“Biasanya pada anak autis kita enggak mencari pasti penyebabnya. Pemeriksaan darah, CT Scan, biasanya tidak kita lakukan, kita langsung masuk ke intervensi untuk penanganannya,” katanya.

Baca Juga: Timwas Haji DPR RI Terima Laporan Berbagai Masalah Penyelenggaraan Haji 2024

Ia menjelaskan gejala yang ditemukan pada anak penderita autis adalah mereka memiliki keterlambatan bicara dan kontak mata yang kurang, tidak dapat bersosialisasi, melakukan beberapa gerakan berulang tanpa tujuan seperti melirik, menjejerkan benda, memutar roda, dan terkadang disertai perilaku hiperaktif.

Dalam beberapa kasus, anak-anak dengan autisme juga suka mengalami alergi makanan seperti susu sapi dan makanan laut. Sehingga penanganannya dilakukan tergantung gejalanya.

Lebih lanjut Rini menjelaskan keparahan autisme sendiri dapat dibagi jadi ringan, sedang dan berat. Dimana pendeteksian keparahan ditentukan menggunakan perangkat skrining berupa kuesioner M-CHAT-R.

Halaman:

Editor: Wijaya Kusnaryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah