Tewas Tertembak, Dua Teroris JAD Makassar Ternyata Mertua dan Menantu

- 8 Januari 2021, 18:51 WIB
Jumpa pers  penindakan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri di Makassar, Kamis (7/1).
Jumpa pers penindakan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri di Makassar, Kamis (7/1). /

ARAHKATA - Ternyata, dua terduga teroris berinisial R dan A tewas saat penggerebekan, Rabu (6/1) kemarin di perumahan Villa Mutiara Biru, Makassar. Keduanya merupakan mertua dan menantu yang terlibat jaringan teroris Jemaah Ansharut Daulah (JAD).

Satu pelaku lainnya berinisial IW (30) mengalami luka tertembak dan saat ini sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit Bhayangkara, Makassar.

Kapolda Sulawesi Selatan, Irjen Pol Merdisyam saat menggelar jumpa pers terkait penindakan Densus 88 Anti Teror Mabes Polri di Makassar, Kamis (7/1/2021) menyatakan, saat penggerebekan juga dilakukan penangkapan terhadap 18 orang di lokasi yang berbeda di lima titik lokasi.

Masing-masing di Kecamatan Biringkanaya Villa Mutiara Biru, Sudiang Raya Makassar, Kecamatan Tallo, Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa dan Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang.

"Hubungan dua pelaku yang meninggal dunia dengan 18 orang terduga diamankan terkait ISIS di Yayasan Alridho milik Ustadz Basir Napiter," ujar Merdisyam yang didampingi pejabat Densus 88 Mabes Polri, Kabag Penum Div Humas Mabes Polri, dan Kabid Humas Polda Sulsel.

Lebih jauh Merdisyam menjelaskannya, pelaku keseluruhan yang berjumlah 20 orang tersebut terdiri dari 17 laki-laki dan tiga perempuan. Keseluruhan pelaku ini telah diintai petugas sejak 2015 sampai 2021 oleh Densus 88 Anti Teror Mabes Polri.

"Kelompok teroris ini merupakan jaringan JAD yang melakukan baiat kepada khilafah ataupun ISIS pada tahun 2015 di Pesantren Alridho pimpinan Ustaz Basir Napiter yang meninggal di LP Nusakambangan karena terlibat teror. Kelompok ini aktif melaksanakan kajian khusus bersama dan diketahui berencana berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS, namun digagalkan saat telah berada di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta," terangnya.

Selain itu kata Merdisyam, kelompok teroris ini terlibat dalam pengiriman dana dalam aksi para pelaku bom bunuh diri di Gereja Katedral di Jolo, Filipina.

“Jadi sejak Oktober tahun 2020, kelompok teroris ini secara rutin telah melakukan latihan menembak dan naik gunung. Selain itu, fasilitator pelarian diidentifikasi atas nama Andi Baso yang merupakan DPO bom Gereja Oukumene Samarinda tahun 2017. Andi Baso ini, juga perencanaan bom Gereja Jolo tahun 2019 oleh suami istri di Pilipina, dimana pelakunya adalah saudara kandung dari tersangka pelaku R dari kelompok Villa Mutiara," bebernya.

Adapun barang bukti yang diamankan penggerebekan kemarin diantaranya rangkaian bom, senpi laras panjang jenis PCP 6 pucuk, senjata tajam parang, badik, pedang, samurai, busur, dan buku-buku yang bersifat provokatif dan radikal.

Editor: Ahmad Ahyar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x