Sebagian Warga Ukraina di Luar Negeri Pulang Kampung dan Pilih Lawan Rusia

1 Maret 2022, 08:30 WIB
Ilustrasi - Tentara Muslim Chechnya diancam dengan peluru lemak babi oleh pasukan sayap kanan Azov di Ukraina. /Pixabay/Wikilmages/

ARAHKATA - Serangan yang dilakukan Rusia ke Ukraina kian memanas. Situasi di Ukraina pun mencekam dan diketahui telah memakan korban jiwa.

Warga Ukraina pun berbondong-bondong tinggalkan Ukraina dan memilih ke tempat yang lebih aman.

Namun, ada sebagian warga Ukraina yang malah memilih untuk balik ke negaranya dan mengangkat senjata melawan Rusia.

Baca Juga: Serangan Semakin Memanas, Ukraina Sepakat Berunding dengan Rusia di Belarus

Penjaga Perbatasan Polandia mengatakan pada Minggu, 26 Februari 2022, bahwa sekitar 22 ribu orang telah menyeberang ke Ukraina sejak Kamis, 24 Februari 2022 dimana Rusia pertama kali menyerang Ukraina.

Di pos pemeriksaan di Medyka, di tenggara Polandia, banyak orang berdiri dalam antrean pada Minggu pagi untuk menyeberang ke Ukraina.

“Kita harus mempertahankan tanah air kita. Siapa lagi kalau bukan kita?” kata seorang pria yang tidak mau disebutkan namanya, dilansir Arahkata, Selasa 1 Maret 2022.

Baca Juga: Tak Hanya Kirim Bantuan ke Ukraina, Jerman Juga Blokir Maskapai Rusia

Denis, pria berusia 28 tahun yang telah menghabiskan enam bulan bekerja di lokasi konstruksi di Polandia, mengatakan dia akan kembali ke Ukraina.

“Saya sendirian di sini di Polandia. Mengapa saya harus berada di sini? Jadi saya pergi, untuk tanah air. Saya ingin kembali bergabung dengan tentara, untuk bertarung. Kita lihat saja, mudah-mudahan menang,” kata Denis, dengan bendera nasional biru-kuning Ukraina kecil di jaket musim dinginnya.

Di kota terdekat Przemysl, Janiel, 27, juga bersiap untuk kembali. Janiel adalah seorang insinyur berpendidikan yang telah bekerja di bidang konstruksi, di Wroclaw, Polandia.

Baca Juga: Pasukan Rusia Menggempur Kyiv, Warga Sipil Berlindung di Ruang Bawah Tanah

Janiel mengaku hatinya tidak tenang setelah mengetahui bahwa Tanah Airnya sedang diserang.

“Saya berbicara dengan orang tua dan saya menangis. Saya memutuskan untuk diri sendiri bahwa saya tidak bisa menonton itu dan saya bisa hanya tinggal di Polandia karena Rusia menghancurkan kemerdekaan kita, menghancurkan kota-kota kita, membunuh warga kita, membunuh anak-anak kita, membunuh orang tua kita,” katanya.

Sebelum eksodus baru-baru ini, setidaknya ada 1 juta orang Ukraina di Polandia, bekerja atau belajar. Para wanita sering bekerja sebagai pengasuh.

Baca Juga: Rusia-Ukraina Perang, Bos Chelsea Pilih Mundur

Mereka menjadi pengasuh untuk orang tua di seluruh Uni Eropa, dan seringkali mereka meninggalkan anak-anak di Ukraina dengan kakek-nenek atau kerabat lainnya.

Lesa, 36, dari Lviv, berbicara kepada AP sebelum memasuki gedung pos pemeriksaan, mengikuti kakaknya ke Ukraina.

”Saya takut, tapi saya seorang ibu dan ingin bersama anak-anak saya. Apa yang bisa kau lakukan? Menakutkan tapi saya harus melakukannya,” katanya.

Baca Juga: Imbas Serangan ke Ukraina, F1 GP Rusia 2022 Batal Digelar

Wanita muda lainnya, Alina, mengatakan dia akan kembali untuk mengambil anak-anaknya dan membawa mereka keluar dari Ukraina.

"Kami harus (kembali), kami orang Ukraina harus membawa anak-anak kami pergi dan membiarkan kaum laki-laki berjuang," katanya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy kerap memberikan suntikan moral pada warga Ukraina dengan berjanji tetap berada di Kyiv.

Baca Juga: Taliban Angkat Bicara Soal Invasi Rusia ke Ukraina

Dia ingin tetap bertahan dan menyerukan untuk berjuang bersama ketika pasukannya memerangi Rusia, yang serangannya kini sudah sampai Ibu Kota, Kiev.

Sampai saat ini, Kementerian Kesehatan Ukraina mengatakan 352 warga sipil, termasuk 14 anak-anak, tewas sejak awal invasi Rusia ke Ukraina pada Kamis pekan lalu. Sebanyak 1.684 orang, termasuk 116 anak-anak, juga dilaporkan terluka.***

Editor: Tia Martiana

Sumber: AP News

Tags

Terkini

Terpopuler