ARAHKATA - Pilihan dari Rusia kepada pasukan Ukraina di Mariupol untuk menyerah atau mati akan segera 'berakhir' tanpa penyerahan bersyarat atau tanda menyerah.
Komandan unit yang diyakini mempertahankan kota Mariupol bersikeras bahwa pasukannya hanya dapat bertahan beberapa hari atau jam.
Ribuan pasukan Rusia yang didukung artileri meluncurkan rentetan serangan roket yang mencoba untuk maju dalam perang yang oleh pejabat Ukraina disebut Pertempuran Donbas, agar Moskow merebut dua provinsi timur yang dikendalikan oleh separatis.
Baca Juga: Ukraina Terima Bantuan Militer dari AS, Barat Berubah Haluan?
Komandan Brigade Marinir Ukraina ke-36, Mayor Serhiy Volyna, di antara unit terakhir yang diyakini mempertahankan Mariupol, meminta bantuan internasional untuk menghentikan pengepungan.
"Ini adalah seruan kami kepada dunia dan mungkin yang terakhir. Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa. Unit musuh puluhan kali lebih besar, mereka memiliki dominasi di udara, artileri, pasukan darat, peralatan dan tank,” katanya dalam Reuters dikutip ARAHKATA pada Kamis 21 April 2022.
Volyna mengklaim perempuan dan anak-anak terjebak di ruang bawah tanah pabrik, berbicara di depan dinding putih dari dalam ruangan yang terdengar seperti keramaian.
Baca Juga: Palestina Kembali Diserang, Erdogan Nyatakan Ini Pada Presiden Israel
PBB mengatakan jumlah pengungsi yang melarikan diri dari Ukraina sejak invasi Rusia pada 24 Februari telah melebihi lima juta dengan lebih dari setengahnya adalah anak-anak.