Bagaimana Kebaradaan Mangrove Sejahterakan Masyarakat?

- 23 November 2020, 13:25 WIB
Kunjungan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Apik Karyana, dalam kunjungannya beserta rombongan di lokasi pelaksanaan PKPM di Desa Karya Bakti, Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat,.
Kunjungan Sekretaris Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Apik Karyana, dalam kunjungannya beserta rombongan di lokasi pelaksanaan PKPM di Desa Karya Bakti, Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat,. /Arahkata.com

ARAHKATA - Luasnya laut di Nusantara menjadi gambaran, bagaimana laut Indonesia merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia. Dapat dikatakan Indonesia adalah pemilik ekosistem mangrove terbesar se Asia Tenggara.

Hal itu dibuktikan dengan eksplorasi yang dilakukan baik dari para Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Traveller, Vlogger, hingga penulis atau jurnalis dan peneliti banyak berkunjung untuk melihat kekayaan Indonesia yang satu ini.

Potensi mangrove yang cukup besar bukan hanya sebagai pengendali banjir dan tsunami. Namun, potensi dari hasil mangrove itu sendiri bisa menjadi salah satu komoditi yang dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.

Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Pulau Cangkir di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Di mana masyarakat Kronjo, mengolah beragam jenis tanaman mangrove menjadi aneka olahan makanan.

Sejumlah produk olahan berbahan dasar mangrove, seperti sirup, selai, kopi, tepung hingga anti septic, milik para pelaku usaha kecil setempat, sudah dipasarkan sejak lama, oleh pihak pengelola tempat wisata, kepada wisatawan yang datang ke lokasi wisata edukasi hutan mangrove Pulau Cangkir. Tentu saja ini berimbas pada perekonomian masyarakat yang positif.

Baca Juga: Heboh Susi Pudjiastuti Tari Piring di Atas Pecahan Beling

Berbicara mangrove tdak sulit bagi wisatawan untuk menikmati keindahan ekosistem mangrove di pesisir, mulai Jakarta hingga kota-kota di kepulauan memiliki hutan mangrove dengan karakter yang berbeda-beda.

Selain bermanfaat mencegah abrasi, hutan bakau di Indonesia juga kerap dimanfaatkan sebagai wisata edukasi alam, atau ekowisata, bagi masyarakat.

Dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mangrove menjadi salah satu konsen pemerintah dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional, serta untuk mendukung kebijakan keuangan negara.

Baca Juga: Jadi Sukarelawan, Kaum Ibu di Gentasari Patut Dicontoh

Salah satu program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) di bidang Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang diterjemahkan dalam Program Padat Karya Penanaman Mangrove (PKPM), masyarakat di sekitar ekosistem mangrove diharapkan dapat menjadi stimulus perekonomian, sekaligus mempercepat pemulihan ekonomi nasional melalui pemberian kesempatan untuk berusaha dan melakukan aktivitas yang dapat memperbaiki keadaan ekonomi masyarakat serta ekosistem mangrove.

"Kegiatan PKPM ini juga merupakan bentuk tugas dan tanggung jawab pemulihan ekosistem mangrove. Dengan slogan Mangrove Lestari Masyarakat Sejahtera, diharapkan kegiatan RHL Padat Karya Penanaman Mangrove dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar ekosistem mangrove dan juga menjadi ekosistem mangrove semakin lestari," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan KLHK, Apik Karyana, dalam kunjungannya di lokasi pelaksanaan PKPM di Desa Karya Bakti, Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, baru-baru ini.

Pada wilayah BPDASHL Citarum Ciliwung, kegiatan PKPM dilaksanakan di 3 Provinsi, DKI Jakarta, Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat dengan luas total 513,58 Ha dengan sistem Intensif, Pengkayaan dan sylvofisery.

Baca Juga: Begini Manfaat Mendengarkan Murottal Quran Bagi Kesehatan Ibu dan Anak

Persebaran luasan PKPM tersebut terdiri dari Provinsi DKI Jakarta, yang dilaksanakan pada Kota Jakarta Utara seluas 20,05 Ha, Provinsi Banten, yang dilaksanakan di Kota Serang seluas 20,17 Ha, Kabupaten Serang seluas 102,43 Ha dan Kabupaten Tangerang seluas 159,15 Ha, serta Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan pada Kabupaten Bekasi seluas 46,52 Ha, Kabupaten Karawang seluas 85 Ha dan Kabupaten Subang seluas 70, 26 Ha.

Khusus pada lokasi Kabupaten Karawang tepatnya di Desa Karya Bakti, Kecamatan Batu Jaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat, RPH Pakis/Cikeruh, BKPH Cikiong, KPH Purwakarta, Petak 9 dan 12 dengan jumlah tanaman 187.000 batang bekerjasama dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Mina Wana Karya dan masyarakat Desa Karya Bakti Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang.

Baca Juga: Lukaku Bawa Inter Kembali Ke Jalur Scudetto Usai Gasak Torino 4-2

Sampai dengan saat ini secara fisik sudah mencapai 85 Ha (100%) dengan dengan melibatkan 133 orang tenaga kerja yang terdiri dari 21 orang anggota LMDH Mina Wana Karya dan 112 masyarakat Desa Karya Bakti Kecamatan Batujaya Kabupaten Karawang.

Kegiatan Padat Karya Penanaman Mangrove meliputi Penyusunan Rancangan Teknis Sederhana, Pelaksanaan Kegiatan Penanaman, Pengadaan insentif Silvofishery serta Monitoring dan Evaluasi.

Pelaksanaan mangrove memperhatikan beberapa faktor penunjang keberhasilan, ombak dan kesesuaian jenis dengan lingkungannya/zonasi serta keterlibatan masyarakat setempat.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah