Memprihatinkan, Prevalensi Stunting di Jatim Capai 26,9%

- 25 Januari 2021, 18:06 WIB
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur, Andriyanto
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur, Andriyanto /Arahkata/

ARAHKATA - Peringatan Hari Gizi Nasional ke-61 yang jatuh pada 25 Januari 2021 masih menyisahkan catatan buat Provinsi Jawa Timur. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Timur pada tahun 2020 masih berada di urutan ke-15 dari 34 Provinsi se-Indonesia dengan angka 71,71.

"IPM Jatim tahun 2020 hanya tumbuh 0,30% dibandingkan tahun 2019," kata Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak Dan Kependudukan (DP3AK) Jawa Timur,
Andriyanto, di Surabaya, Senin 25 Januari 2021.

Andriyanto menjelaskan, IPM dibentuk oleh tiga dimensi dasar yaitu kesehatan yang dilihat usia harapan hidup masyarakat, pendidikan anak usia 7 tahun, dan ekonomi hidup layak.

Andriyanto menyebut peringkat IPM Jatim masih rendah karena permasalahan stunting yang belum selesai sehingga berimplikasi terhadap kualitas SDM.

Baca Juga: Gemar Berbelanja? Berikut 5 Tips Hemat Belanja Online

"Prevalensi (proporsi populasi yang memiliki karakteristik tertentu dalam jangka waktu tertentu) penderita stunting masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius," kata Andriyanto.

Prevalensi stunting di Jatim hampir mendekati tingkat nasional. Dimana prevalensi sunting di Indonesia memcapai 27,7%. Sementara Jawa Timur mencapai 26,9% "Stunting merupakan tragedi yang tersembunyi," tegasnya.

Menurut Andriyanto, stunting terjadi karena dampak kekurangan gizi kronis selama 1.000 hari pertama kehidupan. Akibatnya terjadi kerusakan mental sehingga perkembangan anak menjadi irreversible (tidak bisa diubah).

"Anak tersebut tidak akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia bisa," terangnya.

Halaman:

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah