Peningkatan Gas Rumah Kaca Pemicu Cuaca Ekstrem

- 20 Februari 2021, 17:52 WIB
Ilustrasi - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada pertemuan virtual membahas tentang penyebab hujan lebat di Jakarta.
Ilustrasi - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati pada pertemuan virtual membahas tentang penyebab hujan lebat di Jakarta. / ANTARA/HO-BMKG/

 

ARAHKATA – BMKG terus melakukan pengkajian terkait faktor perangsang cuaca ekstrim di Jabodetabek, rupanya pemicunya adalah peningkatan gas rumah kaca.

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan efek karbondioksida dari bahan bakar gas rumah kaca dapat memicu cuaca ekstrim. Faktor tersebut, dinilai memiliki peran penting pada banjir di Jakarta dan wilayah sekitarnya.

"Salah satu penyebabnya akan terlihat karena meningkatnya gas konsentrasi rumah kaca yang ada di atmosfer. Gas rumah kaca antara lain C02, C02 itu alihan pembakaran fosil fuel akibat dari kegiatan industri, transportasi, penggundulan dan seterusnya," kata Dwikorita Karnawati dalam konfrensi pers virtual, Sabtu, 20 Februari 2021.

Baca Juga: Banjir, BMKG Pastikan Curah Hujan Ekstrem 150 mm Terjang Jabodetabek

Dwikorita menerangkan rangsangan gas rumah kaca dapat meningkatkan temperatur udara di wilayah Indonesia. Termasuk, BMKG menilai kondisi banjir di sejumlah tempat di Jabodetabek bukan murni disebabkan karena faktor alam.

“Tetapi kita harus sadar kenapa cuaca ekstrem itu terjadi, karena perubahan iklim global, karena gas rumah kaca meningkat, gas rumah kaca itu juga karena aktivitas kita semua dalam memanfaatkan bahan bakar fosil antara lain, bukan satu satunya," ujar Dwikorita Karnawati.

Baca Juga: 26 Daerah Ini Diprediksi BMKG Mengalami Cuaca Ekstrem dalam Sepekan

Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada tersebut menambahkan adanya tren peningkatan tempratur ketika induksi dari gas rumah kaca menyebabkan peningkatan curah hujan.

“Yang kami tonjolkan data dan fakta tren itu meningkat seiring dengan peningkatan temperatur udara di wilayah Indonesia dan korelatif dengan peningkatan intensitas hujan selama 30 tahun terakhir dan juga semakin seringnya, atau semakin pendeknya periode ulang kejadian hujan ekstrem," ucapnya.

Halaman:

Editor: Agnes Aflianto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x