Network
ARAHKATA - Menjadi tradisi masyarakat sejak dahulu, terlebih di masyarakat modern saat ini, dimana moment bersantai menjadi salah satu cara menikmati rasa syukur, dengan ditemani makanan riangan dan secangkir minuman hangat ataupun dingin.
Begitu banyak prosuk makanan ringan yamg dibuat dengan bahan baku dari tamah air, seperti pisang goreng, ubi, hingga makanan berupa cookies atau biakuit yang terbuat dari biji-bijian seperti tepung beras dan gandum.
Namun, masyarakat seperti asing jika mendengar Bagea, khususnya penikmat finger food di wilayah Jawa. Siapa nyana, makanan yang memiliki sensasi kerenyahan dari pengolahan sagu dan kenari, yang merupakan tanaman khas dari daerah Indonesia Timur ini, akan membuat penikmat kuliner tidak akan bisa melupakannya. Bahkan dengan modifikasi Bagea berpotensi untuk masuk ke kancah perdagangan cookies dunia.
Baca Juga: Cara UI Edukasi Covid-19 dengan Permainan Anak-anak
Chef Ragil Imam Wibowo yang memiliki impian untuk menjadikan makanan Indonesia lebih membumi di negara sendiri dan menggaung hingga mancanegara menyebutkan pengolahan Bagea menjadi cookies akan memudahkan pengenalan makanan ini ke wilayah lainnya.
"Ciri khas Bagea ini memang keras. Karena peruntukannya dimakan bersama teh atau kopi. Kalau Bagea ini lembek, pada saat dicelup akan cepat meluruh," kata Chef Ragil saat acara online memasak Bagea, Sabtu (26/12/2020).
Baca Juga: Gakkum KLHK tahan Pemilik 300 kg Daging Rusa ilegal di Labuan Bajo
Modifikasi Bagea menjadi cookies dan menggunakan filling, lanjutnya, akan membuat Bagea menjadi lebih kekinian dan secara branding akan lebih menjual.
"Untuk fillingnya, ada cream cair, butter dan coklat glenmore. Cream-nya dimasak dengan api kecil. Jika sudah panas, baru butter dimasukkan. Butter ya jangan gunakan margarine. Karena ada rasa asin di margarine yang bisa mempengaruhi cita rasanya nanti," urainya.
