ARAHKATA - Tarian Sintren atau yang dikenal dengan Lais merupakan tarian kesenian tradisional masyarakat Jawa, khususnya Cirebon.
Tarian ini juga terkenal di pesisir utara Jawa Barat dan Jawa Tengah, antara lain, Indramayu, Cirebon, Subang utara, Majalengka, Jatibarang, Brebes, Pemalang, Tegal, Banyumas, Kuningan, dan Pekalongan.
Tarian Sintren dikenal dengan tarian mistis/magis yang berawal dari kisah cinta sepasang kekasih Sulasih dan Sulandono.
Baca Juga: Cerita Rakyat Mendadak Trending, Ini 4 Fungsi dan Nilainya!
Kesenian ini berasal dari kisah Sulandono sebagai putra Ki Bahurekso Bupati Kendal yang pertama, hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari yang dijuluki Dewi Lanjar.
Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih seorang putri dari Desa Kalisalak, tapi hubungannya tidak mendapat restu dari Ki Bahurekso.
Akhirnya Raden Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari. Meskipun demikian pertemuan di antara keduanya masih terus berlangsung melalui alam gaib.
Baca Juga: Catat! Jakarta Belum Lockdown Akhir Pekan Ini
Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula Raden Sulandono yang sedang bertapa dipanggil oleh roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan di antara Sulasih dan Raden Sulandono.
Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan catatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari masih dalam keadaan suci (perawan).