Network
ARAHKATA - Bagi umat Hindu, Hari raya Nyepi merupakan momen yang sangat sakral. Oleh sebab itu, kehadiran momen tersebut sangat ditunggu tunggu dan menarik perhatian pengunjung khususnya yang berada di Bali.
Dikutip dari website Dunas Kebudayaan Kabupaten Beleleng Bali (disbud.bulelengkab.go.id) hari raya nyepi adalah hari pergantian tahun Saka (Isakawarsa) yang dirayakan setiap satu tahun sekali. Umumnya, jatuh pada sehari sesudah tileming kesanga pada penanggal 1 sasih Kedasa.
Adapun filosifi Nyepi bagi umat Hindu adalah memohon kepada Tuhan, Ida Sang Hyang Widhi Wasa, untuk melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya). Nyepi mengandung arti sepi atau sunyi, dan dirayakan setiap 1 tahun saka.
Baca Juga: Perayaan Hari Raya Nyepi, Makna dan Perjalanan Spiritual Umat Hindu
Pada saat Nyepi tidak boleh melakukan aktifitas seperti pada umumnya, seperti keluar rumah (kecuali sakit dan perlu berobat), menyalakan lampu, bekerja dan sebagainya. Tujuannya, agar tercipta suasana sepi, sepi dari hiruk pikuknya kehidupan dan sepi dari semua nafsu atau keserakahan sifat manusia untuk menyucikan Bhuwana Agung (alam semesta) dan Bhuwana Alit (manusia).
Sebelum pelaksanaan hari raya Nyepi, dilaksanakan serangkaian upacara dan upakara yang bermaksud agar Penyucian Buana Alit dan Buana Agung berjalan dengan lancar. Rangkaian upacara tersebut berbeda-beda, tergantung dari Genius Local Wisdom dan urun rembug masing-masing daerah serta kebijaksanaan yang ditetapkan bersama.
Hari Raya Nyepi khususnya di Bali memiliki beberapa tahapan. Dimulai dari Upacara Melasti, Mecaru, dan Pengerupukan. Kemudian diikuti oleh puncak Hari Raya Nyepi itu sendiri. Dan terakhir disebut dengan Ngembak Geni.
Baca Juga: Libur Panjang Isra Miraj dan Nyepi, Covid-19 Harus Turun Drastis
Melasti
