Merenda Pancasila Bersama Yudi Latief dan PPM Manajemen di Era Digital

- 13 Juni 2021, 11:13 WIB
Yudi Latif, Ketua Pembina Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia, Yanuar Adrianto MC, Wahyu Tri Setyobudi, Peneliti Transformasi Strategi & Inovasi PPM Manajemen
Yudi Latif, Ketua Pembina Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia, Yanuar Adrianto MC, Wahyu Tri Setyobudi, Peneliti Transformasi Strategi & Inovasi PPM Manajemen /Foto : Tangkapan layar webinar PPM Manajemen

ARAHKATA - Bukan hanya sekedar lambang yang digambarkan dengan sang burung yang gagah perkasa. Namun, lambang Garuda yang disematkan berbagai lambang dan ungkapan, menjadi nilai tersendiri yang perlu ditelaah dan diteladani oleh seluruh bangsa Indonesia dan generasi penerus nya. Pancasila, yang mana lambang ini telah disepakati bersama menjadi sebuah ideologi bagi bangsa besar ini dari sabang sampai merauke. Namun, apakah kebesarannya masih tertanam di sanubari masyarakatnya?

Dunia digital seperti diketahui telah menjadi mata air untuk informasi bagi masyarakat modern. Informasi yang tak berbatas, menjadi pemikiran bersama dalam menjaga marwah dari Pancasila sebagai ideologi bangsa. Sebuah tanggung jawab besar bagi orang tua dalam menanamkan Pancasila kepada anak keturunan. Pemahaman tentu menjadi ukuran dalam menanamkan pengertian Pancasila bagi generasi ini.

Berbicara Pancasila, hakikatnya nilai-nilai Pancasila harus ada pada generasi muda saat ini dan harus terus dipelihara dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, bagi generasi penerus merah putih. Pancasila berarti semangat bersatu, menghormati perbedaan, rela berkorban, pantang menyerah, gotong royong, patriotisme, nasionalisme, optimisme, harga diri, kebersamaan, dan percaya pada diri sendiri.

Baca Juga: Kepengurusan MUI Jaksel yang Baru Resmi Terbentuk

Ketua Pembina Pusat Studi Islam dan Kenegaraan Indonesia Yudi Latif, menyampaikan bahwa pada masa ketika disrupsi jadi normalitas, segala sesuatu yang tak bisa didigitalisasi justru menjadi kian penting. Dengan artificial intelligence, big data dan connectivity, hal-hal yang bersifat teknis taktikal bisa dikerjakan mesin. Pendidikan harus bisa melihat kelebihan manusia atas mesin.

"Peserta didik tak cukup dibekali kecakapan teknis, tetapi juga mampu menguasai cara kerja baru dengan kemampuan mendekap teknologi, bukan membuat diri mereka jadi mesin. Dengan teknologi, mereka memperoleh wahana untuk menemukan “rumah” (home), bukan menjerumuskannya ke “tempat pengasingan” (exile)," ungkap Yudi saat menjadi pembicara Talkshow Kebangsaan dengan tema “Pancasila sebagai Rambu Pengaman di Era Digital” pada Sabtu 12 Juni 2021 Pukul secara virtual, yang diselenggarakan PPM Manajemen.

Lebih jauh Yudi secara ringkas mengatakan, Pancasila itu adalah the green sosial inklusi. Jadi Pancasila itu satu ideologi besar tentang inklusi sosial.

Baca Juga: Ketua DPR RI Kunjungi Jateng, Tiga Bupati Ini Berharap Bantuan Berkelanjutan

"Kalau kita ingin mengembangkan ideologi, maka syaratnya adalah warga negara dan penyelenggara negara harus memiliki kemampuan menempatkan dirinya dalam situasi yang ada," ungkapnya.

Kalau Pancasila menginginkan inklusi politik, budaya, ekonomi, imajinasi, masih kata Yudi, orang yang marginal secara budaya, seolah-olah problem yang menyangkut toleransi itu titik bekalnya lebih pada toleransi yang bersifat keagamaan. Bersifat mungkin kultura.

"Tetapi mereka yang marginal secara ekonomi, imajinasi, tentang toleransi, bisa mendapatkan kesempatan kerja. Sehingga yang diperjuangkannya adalah keadilan seperti itu, bagi mereka yang marginal secara politik," imbuhnya.

Baca Juga: Trik Bisa Booyah Untuk Main Free Fire

Berasal Dari Budaya Nusantara

Pancasila itu digali dari berbagai budaya di pelosok masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang ada pada Pancasila tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia. Pancasila dapat dipakai sebagai pedoman agar dalam menjalankan kegiatan usaha atau kegiatan organisasi atau kegiatan investasi, masing-masing secara bertanggung jawab agar tidak selalu diingatkan.

Apapun kegiatan yang dilakukan setiap orang tidak boleh melupakan kepentingan berbangsa dan bernegara.

Sementara itu, Wahyu Tri Setyobudi, Peneliti Transformasi Strategi dan Inovasi PPM Manajemen menjelaskan, kenapa kita harus merawat Pancasila? Karena ibarat pohon yang baik, bibit yang baik, bisa jatuh ke tanah yang keras atau bisa jatuh di tanah yang subur.

"Kalau jatuh di tanah keras, pohonnya bisa hidup atau tidak? Ya bisa, tapi harus disiangi, diberikan humus, disirami, disitu ada usaha. Pancasila itu tidak take it for granted,  dia selalu menghadapi tantangan dinamis yang datangnya itu dari lingkungan luar maupun dalam.  Maka dari itu Pancasila itu harus dirawat dari hati yang tidak bersifat mekanistik. Merawat itu ada unsur emosionalnya karena disitu ada keterlibatan hati di dalam merawat. Pancasila tanpa dirawat bisa tergerus oleh zaman," paparnya. 

Baca Juga: Tips Memilih Nama Toko Online yang Menarik untuk Bisnis Anda

Menjawab menjaga Pancasila diberangkatkan modern yang dapat dia jalankan, Yudi menjelaskan, kalau ingin mengembangkan Pancasila secara holistik, paling tidak memerlukan secara serempak kebudayaan dan ranah peradaban. Peradaban itu ditentukan oleh tata nilai, mental spiritual, karakte, tata kelola oleh kebijakannya kesejahteraan material teknologi.

"Pada setiap tata nilai ini, berarti kita harus menekankan kembali betapa pendidikan nilai itu sangat esensial, bukan pelengkap penderita.Nah, kita tahu bahwa sebenarnya dunia boleh berganti, boleh berubah. Tetapi sebenarnya hakikat pendidikan tidak berubah, seperti apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantoro. Pendidikan adalah usaha untuk memanusiakan manusia. Pendidikan adalah proses belajar menjadi manusia seutuhnya dari belajar yang hidup," paparnya.

"Jadi, pendidikan harus membekali bagaimana manusia menjadi manusia seutuhnya. Manusia seutuhnya itu adalah manusia yang bisa menentukan kode-kode kemanusiaannya," lanjutnya.

Terkait penyelenggaraan dalam hal ini PPM Manajemen percaya, dengan semangat memberikan kontribusi dan edukasi kepada para karyawan, rekanan, berbagai pemangku kepentingan, serta masyarakat umum, adalah salah satu upaya mengamalkan dan membumikan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Pemkot Depok Anggarkan Rp12,4 M Pembangunan GOR Tahap II

Lebih spesifik, talkshow ini membahas perkembangan teknologi di era digital yang turut memengaruhi secara signifikan berbagai sendi kehidupan. Melalui pemahaman dan pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila, diharapkan kemajuan teknologi tersebut membawa perubahan positif bagi bangsa Indonesia serta mendorong terciptanya masyarakat madani yang berperan penting dalam menciptakan Indonesia yang damai, aman dan tentram.

Dihadiri oleh seluruh insan PPM Manajemen juga masyarakat umum, para peserta mendapatkan  pemahaman dasar mengenai nilai-nilai Pancasila dan peran Pancasila sebagai panduan dalam kehidupan bermasyarakat di era digital. Harapannya, para peserta yang mengikuti acara ini mendapatkan pemahaman mengenai peran Pancasila sebagai rambu pengaman dalam upaya memajukan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, mendapatkan gambaran mengenai penerapan nyata nilai-nilai Pancasila baik dalam aktivitas kemasyarakatan maupun ekonomi.

Talkshow Kebangsaan ini merupakan bagian dari rangkaian acara HUT ke-54 PPM Manajemen, selain Talkshow Kebangsaan juga akan diselenggarakan Webinar Nasional pada 3 Juli 2021 dengan mengangkat topik mengenai Transformasi Manajemen Pemerintah dan Korporasi Menghadapi Perubahan di Era Pandemi dan Digital juga pada 10 Juli 2021 topik mengenai Implementasi Model Transformasi Manajemen Menghadapi Perubahan di Era Pandemi dan Digital.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah