BKKBN: Pendidikan Rendah Jadi Tantangan Edukasi Stunting Ke Masyarakat

- 26 Juni 2024, 10:15 WIB
partisipasi masyarakat dalam program pencegahan stunting
partisipasi masyarakat dalam program pencegahan stunting /

ARAHKATA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan faktor pendidikan rendah menjadi salah satu tantangan dalam mengedukasi masyarakat soal stunting atau tengkes. 

Deputi Bidang Advokasi, Penggerakan dan Informasi (ADPIN) BKKBN, Sukaryo Teguh Santoso mengakui bahwa tidak mudah bagi pihaknya untuk memberikan edukasi mengenai stunting kepada masyarakat.

"Memang harus diakui tidak mudah ya mengedukasi mencerdaskan masyarakat tidak mudah ya," kata Sukaryo saat ditemui di Semarang, Jawa Tengah, Selasa, 25 Juni 2025.

Baca Juga: Waduh, Data PPATK ungkap 164 Wartawan dan PNS Kominfo terlibat Judi Online

Ia mengatakan ada beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam memberikan edukasi tersebut, salah satunya faktor pendidikan.

"Pertama tingkat pendidikan saat ini juga masih relatif rendah. Daya serap keluarga ini tentu tidak secepat yang pendidikan tinggi," katanya.

Menurut Sukaryo, banyak yang beranggapan jika anak yang mengalami stunting tersebut memiliki tubuh yang pendek.

Baca Juga: Diduga Mafia Tanah Intimidasi Korban Hingga Menyebabkan Kematian

"Berbicara isu stunting ini harus didalami betul. Orang mengenal stunting itu pendek, padahal tidak semua pendek itu stunting. Ada yang mengatakan stunting penyakit. Itu penyakit sehingga tak perlu diobati," imbuhnya.

Sukaryo menegaskan bahwa stunting bukan berasal dari turunan melainkan faktor makanan hingga lingkungan.

"Stunting itu bukan turunan stunting itu memang lebih pada tataran bagaimana pengasuhan yang baik dan faktornya tidak hanya makanan saja tapi juga lingkungan," tuturnya. 

Baca Juga: Dana BOS Rp664 Juta Dikorupsi Kepsek SMAN 10 Bandung dan Bendahara Korupsi, Ditetapkan Tersangka

Menurut Sukaryo, dengan karakter masyarakat yang demikian, masalah stunting perlu disosialisasikan secara sabar.

"Jadi mesti banyak-banyak sabar dalam sosialisasinya," katanyaa.

Lebih lanjut, Sukaryo menyebut bahwa program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program spesifik dari BKKBN dalam upaya penurunan angka stunting.

Baca Juga: Dana BOS Rp664 Juta Dikorupsi Kepsek SMAN 10 Bandung dan Bendahara Korupsi, Ditetapkan Tersangka  

"Makanya masih perlu upaya kerja keras, misalnya lewat peningkatan kesertaan KB untuk tunda atau menjarangkan kelahiran di keluarga yang berisiko stunting dengan pelayanan KB pascapersalinan (KBPP)," kata Sukaryo.

Metode KBPP, kata dia, langsung digunakan sesaat setelah ibu bersalin, sehingga menjadi upaya untuk menyikapi kesempatan yang hilang dalam pelayanan KB.

Adapun berdasarkan survei Sistem Kesehatan Indonesia (SKI), angka stunting di Indonesia pada tahun 2023 tercatat sebesar 21,5 persen, hanya turun 0,1 persen dari tahun sebelumnya yang sebesar 21,6 persen. Target yang harus dicapai pada tahun 2024 adalah 14 persen.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah