Ini Analisa dan Catatan Sejarah Gempabumi Majene, Masyarakat Dihimbau jangan Termakan Hoax

16 Januari 2021, 08:06 WIB
Peta terjadinya gempa di Sulawesi Barat /Arahkata/

ARAHKATA - Gempa kerak dangkal atau shallow crustal earthquake yang diakibatkan adanya aktivitas sesar aktif, yang mengakibatkan sebagian wilayah Sulawesi Barat luluh lantak. Hal ini diungkapkan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat menganalisa gempabumi tektonik yang mengguncang wilayah Majene, Sulawesi Barat.

Hasil analisa yang diambil berdasarkan lokasi pusat gempa atau episenter dan kedalaman hiposenternya, baik gempa signifikan pertama maupun yang kedua.

“Baik gempa signifikan pertama dan kedua yang terjadi merupakan jenis gempa kerak dangkal,” jelas BMKG dalam keterangan resmi, Jumat, 15 Januari 2021.

Baca Juga: Anda Ingin Divaksin? Begini Cara Registrasinya

Sebagaimana informasi sebelumnya, gempabumi yang pertama sebagai pembuka atau foreshock dilaporkan terjadi pada Kamis (14/1) pukul 13.35 WIB dengan Magnitudo 5,9 pada episenter 2,99 LS dan 118,89 BT atau di darat pada jarak 4 kilometer (km) arah Barat Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.

Selanjutnya gempa yang kedua atau mainshock terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB dini hari dengan magnitudo 6,2 pada episenter 2,98 LS dan 118,94 BT atau di darat pada jarak 6 km arah Timur Laut Majene, Sulawesi Barat, kedalaman 10 km.

Baca Juga: [Update] – Korban Gempa Sulbar Naik Menjadi 42 Orang

Adapun dugaan sementara BMKG, gempabumi yang tercatat menewaskan sebanyak 42 jiwa tersebut dipicu oleh adanya Sesar Naik Mamuju atau Mamuju Thurst.

“Diduga kuat pemicu gempa ini adalah Sesar Naik Mamuju,” jelas BMKG.

Hal itu dibuktikan dari hasil analisis mekanisme sumber yang menunjukkan bahwa gempa memiliki mekanisme pergerakan naik atau thurst fault.

BMKG juga mengatakan bahwa mekanisme sesar naik ini mirip dengan pembangkit gempa Lombok yang terjadi pada 2018, yang mana bidang sesar membentuk kemiringan bidang sesar ke daratan.

Baca Juga: Bantuan 1,7 Milyar Rupiah Dikirim untuk Ringankan Korban Sulbar

Lebih lanjut, mengenai Sesar Naik Mamuju, BMKG mengatakan bahwa hal itu memiliki magnitudo dengan target mencapai 7,0 dengan laju geser sesar adalah 2 milimeter (mm) per tahun, sehingga sesar aktif ini harus diwaspadai karena mampu memicu gempa kuat.

Sejarah Gempabumi Majene

Berdasarkan catatan yang dihimpun BMKG, pusat gempa atau episenter gempabumi Majene sangat berdekatan dengan sumber gempa yang memicu gelombang tsunami pada 23 Februari 1969, pada saat itu berkekuatan magnitudo 6,9 dan pusat gempabumi adalah pada kedalaman 13 kilometer.

Baca Juga: Pesawat TNI AU, Angkut Personel dan Bantuan Logistik ke Mamuju Sulbar

Gempabumi yang terjadi pada saat itu telah menyebabkan sedikitnya 64 orang meninggal dunia, 97 orang luka-luka dan 1.287 rumah serta rumah ibadah mengalami kerusakan.

Selain itu dermaga pelabuhan pecah dan timbul gelombang tsunami dengan ketinggian 4 meter di Pellatorang dan 1,5 meter di Parasanga dan Palili.

Selanjutnya, sejarah juga mencatat rentetan peristiwa gempabumi yang mengguncang sekitar wilayah Majene, masing-masing; Gempabumi Polewali Mandar pada 11 April 1967 yang tercatat menimbulkan tsunami dan menyebabkan 13 warga meninggal dunia.

Baca Juga: GEMPARI Ajak Masyarakat Indonesia Bersatu untuk Membantu Korban Gempa di Sulbar

Kemudian gempabumi juga tercatat pernah terjadi pada 23 Februari 1969 dengan kekuatan 6,9 di Majene yang menyebabkan 64 orang meninggal dunia, 97 orang luka, 1.287 rumah rusak di empat desa.

Berikutnya 8 Januari 1984 gempabumi dengan kekuatan magnitudo 6,7 mengguncang wilayah Mamuju dan mengakibatkan rumah-rumah mengalami kerusakan.

Gempa Susulan Masih Akan Terjadi

Di sisi lain, BMKG juga mengatakan bahwa gempa susulan masih akan terjadi seperti lazimnya pasca terjadi gempa kuat, oleh karena itu masyarakat diimbau tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan yang kekuatannya signifikan.

Selain itu, gempa susulan signifikan juga dapat memicu adanya longsoran landslide dan runtuhan batu rockfall, sehingga masyarakat di kawasan perbukitan dengan tebing curam agar perlu waspada.

Belajar dari sejarah bahwa pesisir Majene pernah dilanda gelombang tsunami yang dipicu adanya gempabumi seperti pada tahun 1969, maka masyarakat khususnya yang berada di wilayah pantai atau pesisir agar waspada. Apabila merasakan gempabumi kuat agar segera menjauhi pantai.

Untuk terus meningkatkan kewaspadaan, masyarakat juga diminta agar tidak mudah percaya dengan segala informasi yang belum jelas sumbernya. Masyarakat juga diimbau untuk tidak percaya berita bohong atau hoax mengenai prediksi dan ramalan gempabumi yang akan terjadi dengan kekuatan lebih besar dan akan terjadi tsunami.

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler