SDM Manufaktur 90 Persen di Indonesia Unskilled, Perlu Ditingkatkan Kompetensinya

8 Agustus 2023, 11:11 WIB
Para pekerja pabrik rokok di Kabupaten Madiun, Jawa Timur. /Antara

 

 ARAHKATA - Mayoritas sumber daya manusia (SDM) manufaktur d Indonesia unskilled atau tidak memiliki keahlian.

Untuk itu diperlukan peran pemerintah dan stakeholder lain guna memacu keterampilan SDM manufaktur guna mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

“Bisa dilihat mayoritas SDM manufaktur di Indonesia itu unskilled, rasionya 17 per 18, jadi sekitar 90% unskilled, hanya 0,5% yang skilled," kata Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia (LPEM UI) Kiki Verico dalam diskusi bertajuk “Industrialisasi sebagai Penggerak Perekonomian Nasional” di Jakarta, dikutip ArahKata.com pada Senin, 7 Agustus 2023.

Baca Juga: Edan! Perusahaan Pinjol jadi Sponsor Ospek Mahasiswa UIN Surakarta, Diwajibkan Unduh dan Daftar 

Menurut dia, banyak teori yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan skill SDM manufaktur, investasi harus masuk dulu. Namun hal itu tidak mutlak. "Melihat data, kemampaun manufatur kita perlu ditingkatkan," kata dia.

Selain SDM, Kiki menyatakan untuk mendongkrak pertumbuhan industri manufaktur Indonesia hatrus menjadi basis produksi ekonomi hijau. Indonesia perlu melakukan transformasi dengan menjadi basis produksi, khususnya dengan pendekatan industri hijau.

“Saat ini kita tidak bisa menjual kalau produknya tidak gree, tidak bisa masuk (jaringan) dunia. Tidak bisa jual kemana-mana, sehingga dari awal, kalau kita mau mendorong manufaktur, harus pro-lingkungan, dan environment friendly (ramah lingkungan),” katanya.

Baca Juga: Finalis Miss Universe Indonesia 2023 Dilecehkan Saat Body Cheking, Lapor Polisi

Dia mengatakan manufaktur tidak bisa dibuat oleh satu negara dari awal hingga akhir. Namun perlu kerja sama dengan negara lain. Untuk itu transformasi perlu dilakukan untuk mendongkrak industri agar bisa tumbuh lebih pesat lagi.

Berdasarkan hasil kajian LPEM UI, Vietnam, Filipina dan Pakistan bisa menjadi jaringan produksi bagi Indonesia. Adapun Korea Selatan dan Australia dinilai berpotensi menjadi mitra investasi. Sedangkan produk unggulan yang bisa dibidik yaitu sel baterai, termasuk baterai kendaraan listrik.

Dalam kesempatan yang sama Rektor Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung Prof Rina Indiastuti menilai momentum pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 menjadi waktu tepat untuk mendorong pertumbuhan industri manufaktur.

Baca Juga: Polri Endus Dugaan Keberadaan Harun Masiku di Indonesia, Bukan di Kamboja

"Kita bisa bermain di industri karet, kertas. Kita juga kuat di elektronik, transportasi (otomotif), itu basisnya teknologi dan ekspor. Namun kita masih mengandalkan industri yang dari dulu berperan, padahal cabang industri manufaktur begitu banyak. Barangkali mari kita mulai menyiapkan cabang-cabang lain," katanya.

Rina mengatakan industri yang telah tumbuh baik perlu didorong untuk bisa meningkatkan ekspor dan melakukan penetrasi yang lebih intens ke pasar domestik.

Selain itu, ia juga menyinggung perlunya adopsi teknologi sesuai karakteristik industri. Ia mendorong pemangku kepentingan terkait, mulai pemerintah hingga perguruan tinggi, untuk mulai mengadopsi teknologi yang tidak hanya memberi nilai tambah tinggi, tetapi juga sesuai kebutuhan dan tren industri saat ini, termasuk tren industri hijau.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler