Cegah Esktremisme, Ditjenpas-AIDA Latih Petugas Pahami Perspektif Korban Terorisme

- 23 Juni 2022, 23:53 WIB
Para nara sumber pelatihan bagi petugas lapas napi teroris.
Para nara sumber pelatihan bagi petugas lapas napi teroris. /Dok Humas/Ditjen PAS

 

ARAHKATA - Seiring dengan meningkatnya ekstremisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme di Indonesia.

Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Ditjenpas) dan Aliansi Indonesia Damai (AIDA) bekerja sama

Melaksanakan “Pelatihan Penguatan Perkspektif Korban Terorisme bagi Petugas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas)” pada Kamis, 23 Juni 2022.

Baca Juga: KPK Menahan Tersangka Suap Pengajuan Dana PEN Kolaka Timur

Bertempat Lapas Kelas I Cipinang, Jakarta, pelatihan diikuti oleh 35 peserta dari berbagai UPT Pemasyarakatan.

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Ahli Jaringan Terorisme, Solahudin; Wali Narapidana Terorisme (Napiter) Lapas Kelas I Surabaya, Bambang Sugianto.

Mantan napiter, Mukhtar Khairi; serta dua penyintas terorisme, Nurman Permana dan Susi Afitriyani.

Baca Juga: Investasi Bodong Menggila Masyarakat Diminta Gunakan Lini Bappebti

Mereka berbagi pengalaman dampak buruk dan kerugian yang disebabkan oleh paham radikalisme dan ekstremisme kekerasan.

Kegiatan dibuka oleh Direktur Pembinaan Narapidana dan Latihan Kerja Produksi, Thurman Hutapea.

Dalam sambutannya, Thurman menyampaikan bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Nomor 35 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Revitalisasi Pemasyarakatan.

Baca Juga: Putin-Jokowi Akan Bertemu, Kremlin Sebut Pertemuan Demi Perdamaian

Ditjenpas diamanahkan dan dituntut untuk menyelenggarakan program pembinaan yang lebih baik.

Hal ini dilaksanakan melalui pembinaan khusus bagi narapidana berisiko tinggi, termasuk napiter.

“Untuk menangani napiter, petugas Pemasyarakatan harus memiliki keterampilan khusus agar program pembinaan, deradikalisasi, dan persiapan menuju reintegrasi bisa berjalan dengan baik dan efektif dalam lingkungan yang aman dan tertib,” ungkap Thurman.

Baca Juga: Anies Dijagokan Pilpres 2024, Partai NasDem Bagaikan Ojek

Menurut Thurman, hubungan yang efektif antara petugas dengan napiter akan berkontribusi secara signifikan.

Terhadap keselamatan dan keamanan petugas, napiter, dan masyarakat, serta mendukung keberhasilan program pembinaan.

“Hubungan yang baik juga dapat memfasilitasi terbangunnya ‘trust’ dan membantu meruntuhkan penghalang antara kita dengan mereka serta ketidakpercayaan dan kecurigaan terhadap aparat penegak hukum yang sering terlihat di antara napiter dengan pola pikir radikal atau ekstremis,” terangnya.

Baca Juga: Mendiang Ayah Ditagih Utang Tamara Bleszynski Meradang Lapor ke Polda Jabar

Terakhir, Thurman menyampaikan apresiasi kepada petugas Pemasyarakatan khususnya wali/petugas pembinaan napiter yang telah berhasil membangun hubungan positif ini di Lapas.

“Berkat kinerja petugas, program pembinaan napiter dapat berhasil. Tak sedikit pula di antara mereka yang berikrar setia kepada NKRI,” tandasnya.

Sementara itu, Solahudin mengungkapkan bahwa pelatihan juga bertujuan untuk mencegah petugas Pemasyarakatan terpapar paham radikalisme.

Baca Juga: Gelar Apresiasi 'Setapak Perubahan Polri', Kapolri: Bentuk Dukungan Masyarakat agar Polri Lebih Baik

“Jika dianalogikan seperti virus COVID-19, yang paling rentan terpapar adalah tenaga kesehatan. Seperti itu juga di Lapas, sebagai orang yang paling sering bersentuhan dengan napiter, petugas Pemasyarakatan juga sangat rentan terpapar paham radikalisme. Untuk itu, mereka perlu dibekali dengan perspektif yang benar mengenai ekstremisme kekerasan,” jelasnya.

Turut hadir dalam kegiatan ini Direktur Umum AIDA, Hasibullah Satrawi dan Kepala Lapas Kelas I Cipinang, Tonny Nainggolan.***

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah