80.000 Turis Terjebak di Sanya China Karena Lockdown

9 Agustus 2022, 08:14 WIB
Ilustrasi. Lockdown di China picu panic buying di supermarket, warga Shanghai yang tak kebagian makanan terpaksa memakan rumput semak. /Reuters/

ARAHKATA - Lebih dari 80.000 turis terjebak di Sanya, sebuah kota resor pesisir di Provinsi Hainan, China.

Akibat penguncian wilayah (lockdown) setelah komisi kesehatan setempat mengkonfirmasi 801 kasus COVID-19.

Dari tanggal 1 hingga 7 Agustus, Sanya yang juga dikenal sebagai "Hawaii China" telah mendaftarkan 801 kasus COVID-19 yang dikonfirmasi dan 409 infeksi tanpa gejala.

Baca Juga: RS Indonesia Bantu Ratusan Korban Serangan Israel di Gaza

Informasi komisi kesehatan Provinsi Hainan mengatakan sebagaimana dilaporkan Xinhua, Senin, 8 Agustus 2022, waktu setempat.

Satuan tugas dibentuk untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh lebih dari 80.000 turis yang terdampar di kota itu, seperti pengembalian uang perjalanan.

Kota juga telah memerintahkan hotel untuk menawarkan diskon 50 persen untuk tamu yang terdampar.

Baca Juga: Aturan Baru! Apple Cabut Kewajiban Pakai Masker di Kantor

Petugas medis bekerja sepanjang waktu di lokasi pengujian asam nukleat di seluruh kota. Wei Dixia, kepala perawat di Rumah Sakit Rakyat Sanya, mengatakan tempat tes COVID-19 di rumah sakitnya buka 24 jam sehari dan mengambil sampel sekitar 4.000 orang per hari.

Proses penyaringan menjadi lebih efisien, dengan hasil sekarang dikeluarkan enam hingga delapan jam setelah tes, kata Wei.

Sebanyak 33 hotel dengan lebih dari 6.900 kamar telah ditetapkan sebagai tempat isolasi untuk kontak dekat dan sub-dekat kasus COVID-19, menurut Ji Duanrong, sekretaris jenderal Pemerintah Kota Sanya.

Baca Juga: Tewasnya Pemimpin Al Qaeda: Kemlu Arab Saudi Sambut Baik

Pada hari Sabtu, Sanya menetapkan 168 area berisiko tinggi untuk COVID-19 dan 67 sebagai berisiko sedang.

Kota ini juga telah membentuk satuan tugas untuk memastikan pasokan makanan dan kebutuhan bagi penduduk yang tinggal di bawah manajemen tertutup, kata Ji.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: Xinhua

Tags

Terkini

Terpopuler