Serangan bom bunuh diri di Kunduz yang menewaskan sedikitnya 55 orang ini tercatat sebagai serangan paling mematikan sejak tentara Amerika Serikat (AS) meninggalkan Afghanistan pada akhir Agustus lalu.
Baca Juga: Tak Ada Ampun, Taliban 'Balas Dendam' Selama 3 Jam ke ISIS
Kepala keamanan Taliban untuk wilayah Kunduz, Mulawi Dost Muhammad, menuduh para pelaku berupaya memicu perselisihan antara Syiah dan Sunni. Dost Muhammad menegaskan tidak ada perselisihan antara pihaknya dengan minoritas Syiah.
"Kami memastikan saudara-saudara Syiah kami bahwa di masa mendatang, kami akan memberikan keamanan bagi mereka dan bahwa masalah semacam itu tidak akan terjadi pada mereka," tegasnya.***