Kalahkan Le Pen, Macron Terpilih Kembali Jadi Presiden Prancis

- 25 April 2022, 10:40 WIB
Presiden Prancis, Emmanuel Macron.
Presiden Prancis, Emmanuel Macron. /Instagram.com/@emmanuelmacron

 

ARAHKATA - Petahana Emmanuel Macron terpilih kembali jadi presiden Prancis untuk periode kedua, setelah mengalahkan pesaingnya Marine Le Pen dalam pilpres putaran kedua, dilansir Reuters, dikutip ArahKata.com, Minggu, 24 April 2022.

Emmanuel Macron kemenangannya sudah diprediksi, karena dalam berbagai jajak pendapat, mengungguli lawannya dari sayap kanan yang punya janji untuk melarang penggunaan jilbab di depan umum.

Macron diperkirakan mendapat suara 54 hingga 57 persen suara, berdasarkan polling yang digelar lembaga survei terkemuka, yakni Elabe, Harris Interactive, Ifop, dan Ipsos, pada awal April 2021.

Baca Juga: AS Terlibat 'Genosida' Ukraina, Perang Sengaja Diperpanjang?

Namun hingga penghitungan pada Minggu malam, perolehan suaranya mampu melampaui prediksi survei yakni 58,8 persen.

Perolehannya itu juga melanjutkan sukses di putaran pertama di mana suara Macron unggul 4,5 poin persentase dari Le Pen atau selisih 1,6 juta suara.

Dukungan suara kepada Macron mengalir dari kandidat lain yang tersingkir di pilpres putaran pertama, Jean Luc Melenchon. Macron mendapat untung dari limpahan suara kandidat yang didukung sebagian umat Islam itu.

Baca Juga: Tegas! Turki Tutup Wilayah Udara Bagi Penerbangan Rusia ke Suriah

Pada satu kesempatan Melenchon meminta kepada para pendukungnya untuk mengalihkan suara kepada Macron, sebaliknya melarang seorang pun pemilih untuk mendukung Le Pen.

Macron lolos dari kutukan 'hukuman pilpres' terhadap kandidat presiden yang menyebabkan Valery Giscard d'Estaing kalah pada 1981 serta Nicolas Sarkozy pada 2012.

Francois Hollande juga memutuskan tidak mencalonkan diri untuk periode keduanya pada 2017 karena khawatir dengan kutukan ini.

Baca Juga: Rusia Tetap Hadir? G20 Bakal Diboikot Barat

Perolehannya itu juga melanjutkan sukses di putaran pertama di mana suara Macron unggul 4,5 poin persentase dari Le Pen atau selisih 1,6 juta suara.

Dukungan suara kepada Macron mengalir dari kandidat lain yang tersingkir di pilpres putaran pertama, Jean Luc Melenchon. Macron mendapat untung dari limpahan suara kandidat yang didukung sebagian umat Islam itu.

Pada satu kesempatan Melenchon meminta kepada para pendukungnya untuk mengalihkan suara kepada Macron, sebaliknya melarang seorang pun pemilih untuk mendukung Le Pen.

Baca Juga: Aplikasi Jago Hukum Bagi Bantuan Pro Bono Bagi Warga Pencari Keadilan

Macron lolos dari kutukan 'hukuman pilpres' terhadap kandidat presiden yang menyebabkan Valery Giscard d'Estaing kalah pada 1981 serta Nicolas Sarkozy pada 2012.

Francois Hollande juga memutuskan tidak mencalonkan diri untuk periode keduanya pada 2017 karena khawatir dengan kutukan ini.

Kemenangan itu tampaknya buah dari strateginya pada 2017 di mana dia menempatkan diri sebagai sosok 'progresif' liberal pro-Eropa melawan kelompok sayap kanan dan kiri populis nasionalis yang mendukung Le Pen.

Baca Juga: Awas! Kecanduan TV bisa Bikin Obesitas

Hasil putaran kedua ini juga tampaknya menunjukkan pemilih sayap kiri tidak kompak. Sebagian besar memang masih memilih Le Pen, terutama di daerah perdesaan dan luar negeri.***

 

 

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah