ARAHKATA - Luasnya laut di Nusantara menjadi gambaran, bagaimana laut Indonesia merupakan salah satu sektor andalan bagi Indonesia. Dapat dikatakan Indonesia adalah pemilik ekosistem mangrove terbesar se Asia Tenggara.
Hal itu dibuktikan dengan eksplorasi yang dilakukan baik dari para Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Traveller, Vlogger, hingga penulis atau jurnalis dan peneliti banyak berkunjung untuk melihat kekayaan Indonesia yang satu ini.
Potensi mangrove yang cukup besar bukan hanya sebagai pengendali banjir dan tsunami. Namun, potensi dari hasil mangrove itu sendiri bisa menjadi salah satu komoditi yang dapat menumbuhkan perekonomian masyarakat sekitar.
Seperti halnya yang dilakukan oleh warga Pulau Cangkir di Desa Kronjo, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang. Di mana masyarakat Kronjo, mengolah beragam jenis tanaman mangrove menjadi aneka olahan makanan.
Sejumlah produk olahan berbahan dasar mangrove, seperti sirup, selai, kopi, tepung hingga anti septic, milik para pelaku usaha kecil setempat, sudah dipasarkan sejak lama, oleh pihak pengelola tempat wisata, kepada wisatawan yang datang ke lokasi wisata edukasi hutan mangrove Pulau Cangkir. Tentu saja ini berimbas pada perekonomian masyarakat yang positif.
Baca Juga: Heboh Susi Pudjiastuti Tari Piring di Atas Pecahan Beling
Berbicara mangrove tdak sulit bagi wisatawan untuk menikmati keindahan ekosistem mangrove di pesisir, mulai Jakarta hingga kota-kota di kepulauan memiliki hutan mangrove dengan karakter yang berbeda-beda.
Selain bermanfaat mencegah abrasi, hutan bakau di Indonesia juga kerap dimanfaatkan sebagai wisata edukasi alam, atau ekowisata, bagi masyarakat.
Dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang digagas oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), mangrove menjadi salah satu konsen pemerintah dalam upaya mempercepat pemulihan ekonomi nasional, serta untuk mendukung kebijakan keuangan negara.