Borong Medali di Paralimpiade Tokyo 2020, Ini Perjuangan Leani Ratri Oktila

5 September 2021, 15:54 WIB
Wanita tangguh Indonesia leani Ratri Oktila /@NPCIndonesia via @oktila.lr/Screenshot instagram

ARAHKATA - Atlet parabadminton Indonesia, Leani Ratri Oktila baru saja berhasil membawa pulang medali emas di Paralimpiade Tokyo 2020.

Tak tanggung-tanggung perempuan asal Riau itu sukses menyabet dua sekaligus medali emas dan satu medali perak.

Medali emas pertama ia sabet bersama dengan Sadiyah Khalimatus dalam ganda putri bulu tangkis SL4. Mereka menang dua gim sekaligus atas wakil China, Cheng Hefang-Ma Huihui, dengan skor 21-18 dan 21-12 pada Sabtu 4 September 2021 sore WIB.

Baca Juga: Selamat! Hary-Leani Bawa Pulang Medali Emas Paralimpiade Tokyo 2020

Kemudian Leani tampil kembali di partai tunggal putri pada Minggu 5 September 2021 pagi WIB. Bermain menghadapi wakil China, Cheng Hefang, Leani kalah setelah melakoni tiga partai dengan skor 19-21, 21-17, dan 16-21.

Leani tampil di partai final ganda campuran melawan wakil Prancis, Lucas Mazur-Faustine Noel. Bersama Hary Susanto, Leani sukses menghadirkan medali emas kedua Indonesia di Paralimpiade 2020. Hary-Leani menang dua gim sekaligus dengan skor 23-21 dan 21-17.

Agar lebih dekat dengan Leani Ratri Oktila, mari mengenal biodata serta perjuangan atlet parabadminton yang berhasil harumkan nama bangsa ini.

Baca Juga: Bangga! Ratri-Khalimatus Sabet Medali Emas di Paralimpiade Tokyo 2020

Leani Ratri Oktila adalah pebulu tangkis asal Riau kelahiran 6 Mei 1991. Dia mulai berlatih bulu tangkis sejak usia 7 tahun.

Keluarga Leani sangat mencintai bulu tangkis. Ia dan sembilan saudaranya terjun di dunia tepok bulu. Hal itu menjadi tantangan tersendiri, apalagi keluarganya memiliki kondisi perekonomian menengah ke bawah.

Leani mengatakan orang tuanya yang paling berjuang agar anak-anaknya bisa latihan di lapangan terbuka.

Baca Juga: Selamat! Hary Susanto dan Leani Ratri Menang di Paralimpiade Tokyo 2020

Tantangan Leani tak cuma itu saja. Lokasi tempat tinggal yang jauh dari pusat latihan hingga menyulitkannya mendapat kawan berlatih.

Waktu itu, Leani tinggal di sebuah desa kecil yang berjarak 11 kilometer dari GOR Kabupaten Kampar, Riau.

Selain itu, ada pula kendala tak ada listrik juga menjadi rintangan yang harus Leani dan ayahnya hadapi.

Baca Juga: Tak Lolos Final, Hanik: Saya Mohon Maaf Belum Bisa Sumbang Medali

“Kendalanya kan gelap. Jadi Papa saya zaman dulu itu masih pakai lampu petromaks. Jadi satu lampu petromaks itu untuk nerangin kami latihan,” ujar Leani.

Usaha keras Leani dan keluarganya berbuah manis. Leani aktif mengikuti Pekan Olahraga Seni (Porseni) dan meraih berbagai gelar juara. Memasuki tahun 1999, Leani mulai terjun di ajang internasional berkat prestasi bagusnya di daerah.

Namun, kejadian nahas menimpa Leani pada 2011. Dia yang sedang mengendarai motor mengalami kecelakaan dengan sebuah mobil. Akibatnya, Leani tak bisa lagi berjalan seperti sedia kala.

Baca Juga: Elvin Elhudia Sesa Gagal Melaju ke Final Paralimpiade Tokyo 2020

Situasi itu tak membuat Leani patah arang. Dia pun banting setir ke nomor bagi penyandang disabilitas. Sebuah keputusan yang ditentang keluarganya.

Leani tak putus harapan. Diam-diam dia mengikuti turnamen dari level daerah hingga nasional. Hingga akhirnya, Leani bergabung dengan pemusatan latihan bulu tangkis National Paralympic Committee di Solo pada 2012.

Namanya lalu menjadi harum. Leani pernah menjuarai kejuaraan dunia, Asian Para Games, ASEAN Para Games, hingga turnamen individu lain.

Baca Juga: Gagal ke Final, Jendi Pangabean Posisi Kelima Paralimpiade Tokyo 2020

Terkini, ia membuat Indonesia bangga di Paralimpiade 2020. Dua medali emas dan satu medali perak berhasil ia bawa pulang.***

Editor: Tia Martiana

Tags

Terkini

Terpopuler