Menjadi Pemilih Pemula yang Cerdas, Lahirkan Calon Pemimpin Nasional Berkualitas

1 April 2023, 22:09 WIB
Foto ilustrasi Pemilihan Umum-f//Antara / Andreas Fitri Atmoko/ /

ARAHKATA – Jika dipersiapkan dengan baik, lebih dari 100 juta pemilih muda Indonesia berpotensi menentukan arah dan nasib bangsa ke depan.

Dengan kekuatan berpikiran terbuka dan melek teknologi, mereka tidak saja berpotensi menyebarkan dan menjaga nilai-nilai toleransi, tapi juga menjadi aktor utama memfilter berita hoaks dan ujaran kebencian kepada masyarakat.

Harapannya tentu saja, pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) berlangsung damai dan sejuk, serta menghasilkan calon pemimpin yang berkualitas.

Baca Juga: Jelang Ramadhan Perumda Tirta Pakuan Kota Bogor Lakukan Ini

Demikian benang merah yang mengerucut dari Webinar untuk kaum muda (Webteen) bertajuk “Jadilah Pemilih Pemula Cerdas” yang diadakan Yayasan Lentera Anak bersama Universitas Mercu Buana, dikutip ArahKata.com pada Sabtu, 1 April 2023.

Anak muda menjadi sangat dominan pada pemilu yang akan berlangsung bulan Februari 2024. 

Betapa tidak, pada tahun tersebut, jumlah generasi Z dan milenial dengan rentang umur 20-44 tahun diperkirakan mencapai lebih dari 110 juta orang.

Baca Juga: Dua Dasawarsa, Serikat Pekerja Pertamina Tetap Teguh Jaga Kedaulatan Energi Nasional

Jumlah ini sekitar 55-60 persen dari total jumlah pemilih yang sebesar 206.462.767 orang, berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu yang dihimpun Kemendagri.

Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU), August Mellaz, menjelaskan bahwa berdasarkan Survei Indikator Publik Indonesia pada 2021, kepercayaan Anak Muda terhadap lembaga partai politik terlihat rendah.

“Hanya tercatat 32.67% anak muda percaya kepada Partai Politik. Inilah yang dikhawatirkan. Generasi milenial dan Z ini melek teknologi tapi apatis terhadap politik,” katanya.

Baca Juga: Ratusan Professor Solid! Dukung Mahfud MD Bongkar Transaksi Janggal Rp349 Triliun

Padahal, kata August, pemilu menjadi momentum yang penting karena setiap negara di dunia membutuhkan regenerasi siklus kepemimpinannya.

“Karena pemilu sejatinya menjadi sarana untuk mengaspirasikan dan menyampaikan aspirasi dari mereka yang empunya hak suara. Pergantian siklus kepemimpinan ini adalah hal yang biasa.

Bahkan adik-adik pemilih pemula yang saat ini menjadi pemirsa acara “Webteen Menjadi Pemilih Pemula Cerdas”, pada dua hingga empat periode pemilu selanjutnya akan berganti memegang tampuk kekuasaan dalam mengelola negara,” tegas August.

Baca Juga: KPK Temukan Uang Rp1,3 Miliar Terkait Korupsi di Kementerian ESDM

Dari milenial dan Z ini melek teknologi tapi apatis terhadap politik,” katanya.

Padahal, kata August, pemilu menjadi momentum yang penting karena setiap negara di dunia membutuhkan regenerasi siklus kepemimpinannya.

“Karena pemilu sejatinya menjadi sarana untuk mengaspirasikan dan menyampaikan aspirasi dari mereka yang empunya hak suara. Pergantian siklus kepemimpinan ini adalah hal yang biasa.

Baca Juga: Donald Trump Didakwa, Jadi Mantan Presiden AS Pertama Hadapi Tuntutan Pidana

Bahkan adik-adik pemilih pemula yang saat ini menjadi pemirsa acara “Webteen Menjadi Pemilih Pemula Cerdas”, pada dua hingga empat periode pemilu selanjutnya akan berganti memegang tampuk kekuasaan dalam mengelola negara,” tegas August.***

Editor: Wijaya Kusnaryanto

Tags

Terkini

Terpopuler