Jenuh saat Isolasi Mandiri, Ini Cara Agar Tetap Bahagia

19 Februari 2021, 05:30 WIB
Menggantungkan makanan dan kebutuhan sehari-hari warga terpapar positif Covid-19 yang sedang melakukan isolasi mandiri.*** /Portal Bandung Timur/hp.sisiwanti

ARAHKATA - Pandemi ini bukan sebuah permainan, kita dihadapkan pada kenyataan yang menakutkan sepanjang hari. Lebih baik mencegah daripada mengobati, itu bukan hanya sekadar semboyan.

Terapkan selalu kebersihan, pola hidup sehat dan jaga diri serta keluarga dengan baik.

Arahkata.com mengutip cerita dari beberapa sumber. Yang pertama kisah nyata seorang Primiputri Soerjaatmadja, seorang coach public speaking.

Baca Juga: Menjadi Hamba Pilihan? Kisah Ini dapat Menjadi Bahan Renungan dan Pelajaran!

Awal 2021 ini menorehkan sebuah kisah yang menjadi pembelajaran hidup, yang membuat kita sadar, sekaligus menyesali "ah seandainya kita straight ke protokol kesehatan", ah seandainya....

Mungkin selama ini diri ini terlalu sombong, merasa muda, merasa sehat, merasa rajin olahraga dan minum suplemen, lalu lengah.

Saat lengah itu, cerita hidup bisa berubah dalam hitungan hari. Maafkan hamba ya Allah, beri kekuatan dan kemudahan bagi hamba melalui ini semua.

Atas izinmu jasad renik ini mampir ke tubuh hamba, mendatangkan demam, menggigil, batuk kering menyiksa, sakit kepala hebat, sakit otot seperti habis pertandingan tinju, lelah yang sangat, hidung terasa penuh tanpa ada ingus, sakit perut, kehilangan penciuman, lidah tak lagi bisa memaknai rasa.

"Dengan izinMu pula angkatlah semua sakit ini dan kembalikan kondisi hamba seperti semula," doaku tak pernah putus.

Baca Juga: Hong Kong Pilih Dua Vaksin Covid-19, Sinovac dan Pfizer-BioNTech

Jika ada yang bilang Covid itu hoax, pandemi mainan, tidak nyata, tenang aja kan sembuh sendiri!

Itu karena mungkin hal ini belum menimpa anda dan keluarga. Saya doakan anda sehat selalu, sehingga tak perlu merasakan gejala yang saya rasakan, menyendiri jauh dari keluarga dan orang terkasih dengan biaya yang tidak sedikit.

Mengurus semua sendiri bukan hal mudah dengan kondisi tubuh saat ini, namun harus dilakukan. Insya Allah semua baik-baik saja, hanya ada rindu yang ku titip untuk orang terkasih.

Mau mengandalkan tanggungan pemerintah, butuh kesabaran tingkat tinggi, banyak yang harus dilayani.

Faskes dan nakes sedang crowded saat ini, dengan membludaknya kasus positif hingga menyentuh empat belas ribu sehari, kita harus paham dan mengupayakan kesehatan kita sendiri.

Cerita kedua adalah kisah nyata dari seorang dokter paru di Bogor, dr. Dian SpP, FISR.

Suatu waktu, paksu bergejala batuk pilek, memang sulit jaga jarak di rumah.
Esoknya emak agak sakit tenggorokan, mungkin karena suka minuman dingin juga.
Emak tetap keluar untuk visit pagi ke rumah sakit.

Baca Juga: Kaum Rebahan Bisa juga Menghasilkan Uang, Ikuti 4 Tips yang dapat Dilakukan

Dua hari kemudian karena masih batuk, flu, paksu dan emak swab PCR, hasil positif. Maka semua anak dan ART hari itu diswab antigen, yang negatif di pisahkan, yang tidak ada gejala tetap pakai masker serta jaga jarak.

Qodarullah, kami bertujuh memulai isomasi mandiri (isoman). Sedangkan satu anak diungsikan ke rumah tantenya (dekat rumah kami, alhamdulillah).

Sejak awal positif, kami memberi info ke satgas setempat, puskesmas, keluarga dan teman.

Tahap demi tahap isoman yang kami lakukan adalah:

Pekan 1: ikhtiar dengan segala yang halal. Pekan ini kami merasakan gejala akut. Isoman kami isi dengan banyak doa dan istirahat.

Alhamdulillah, teman nakes membawakan obat dari rumah sakit untuk kami minum di rumah.

Anak-anak yang tidak bergejala tetap Pembelajaran Jarak jauh (PJJ) dengan laptop. Sedangkan emak istirahat sambil mengasuh, menerima dan berbagi kembali bingkisan yang sangat banyak.

Emak menggunakan masker dan sarung tangan, menyemprot disinfektan pada kemasan. Kami taruh kemasan di depan rumah, tante yang sehat membantu mendistribusikan.

Ini karena kami tahu positif ya, kebayang banyak penjual makanan pinggir jalan maupun rumah makan yang OTG (konfimasi positif Covid tanpa gejala), tidak pakai masker, dan kita tidak tahu mereka membawa virus/tidak.

Baca Juga: Ternyata tidak Sedikit Orang Mempercayai Aplikasi Kencan Online, Simak Deh!

Kembali ke isoman, Emak sempat merasakan meriang, nyeri sendi, lemas. Emak tetap di rumah, bersama geng krucil. Banyak tawaran suplemen, kami pun konsumsi sebagai bagian ikhtiar.

Paksu sesak, batuk, saturasi <95, sehingga dirawat di rumah sakit. Alhamdulillah, bisa segera mendapat kamar di rumah sakit tempat praktek, dekat rumah.

Dari dalam rumah kami berkomunikasi dengan eyang, sanak saudara, tetangga, teman. Sedangkan ART diliburkan karena hasil swab antigen negatif.

Di hari ketiga isoman, anak sulung berkata: "Sebentar lagi depan rumah kita seperti rumah sepi yang tidak ditinggali.."

Emak tersadar, teras dan tempat parkir mulai dihiasi dedaunan dan debu.

Pekan 2: bangun untuk manajemen RT. Emak mulai pulih, paksu boleh isoman, alhamdulillah. Kami sediakan oksigen tabung di rumah, karena kadang merasa sesak.

Paksu mulai angkat sapu dan pel, seperti biasa beliau tidak segan membantu emak. Kami rehat saat lelah, tidur siang bila bisa karena batita amat lincah dan harus diasuh bergantian.

Kami tetap memantau anak-anak yang positif maupun yang negatif, dan yang menginap di tempat tantenya.

ART mulai diminta datang namun tidak masuk ke dalam rumah. Ia membersihkan teras dan kendaraan, dan menyetrika dengan sarung tangan di teras samping.

Baca Juga: Lifelive Membuka Kesempatan untuk Berkolaborasi, Event Apa yang sedang Kamu Rancang?

ART selalu pakai masker dan dibekali desinfektan. Teras pun mulai rapi kembali, terlebih komplek kami klaster tanpa pagar, sangat terlihat oleh tetangga.

Emak mulai ke dapur, mengolah bahan dalam kulkas. Hasil hari pertama sop ayam, emak memasak dengan setengah hati, belum terkumpul mood dan masih agak lemas.

Pekan 3: swab ulang, alhamdulillah lima negatif, dua anak masih positif. Kami lanjutkan isoman.

Anak yang mengungsi ke rumah tantenya pun minta mudik, rindu keluarga.
Maka ia pulang dan tinggal di lantai dua, sementara yang positif di lantai satu.

Pekan 4: sangat terasa pekerjaan rumah tangga, anak-anak mulai bosan, bertanya kapan bisa keluar rumah..

Alhamdulillah ada si kecil sangat menghibur hari-hari isoman kami dengan kelincahannya.

Dan isoman kami terisi kegiatan manajemen rumah tangga bersama enam anak. Walau ada kakak-kakak yang mandiri dan sangat membantu kami.

Sederet jadwal webinar juga menjadi pengisi hari-hari kami, untuk istirahat sambil menyantap ilmu.

MashaAllah, begitu banyak kiriman doa dan dukungan dari keluarga, sanak saudara, teman-teman nakes, tetangga, teman dan relasi.

Bersyukur, dimudahkan dalam isoman serta diberi kesempatan untuk berkumpul kembali dengan keluarga, tidak diberi gejala yang berat.

Qodarullah, inilah pandemi walau kami berusaha 5M. Covid bukan aib, siapa saja bisa tertular.

Beberapa tips dari kami, saat tiba takdir positif Covid19.

  • Bukalah komunikasi, tidak menyembunyikan kondisi kesehatan maupun kebutuhan support
  • Minta didoakan lekas sehat dan dmudahkan dalam proses isolasi
  • Total tidur 10 jam sehari, bisa dibagi dengan tidur siang
  • Perbanyak konsumsi vitamin/suplemen, madu, air putih
  • Lebih menghargai orang lain dan menjaga silaturahim walau melalui gadget/online
  • Berpikir positif dan menjaga hati senang
  • Tidak menularkan penyakit dan berhati-hati
  • Bila perokok, saatnya berhenti total. Rokok tidak berguna bagi kesehatan, justru embahayakan.
  • Sabar dalam isoman

Semoga pandemi lekas berlalu..

Sumber : Catatan keluarga penyintas Covid19,
Empat pekan isoman dengan ijazah Lc (Lulus covid). *

Editor: Mohammad Irawan

Tags

Terkini

Terpopuler