Estik terobsesi untuk membuat novel yg filmis. Bila dibaca akan terbawa imajinasi seperti dalam adegan nyata.
Untuk itu, di Novel 98 ada dialog yang dibuat sehidup mungkin. Para tentara itu, dengan kehidupannya yang keras, sering keluar kata-kata comberan dari mulutnya. Semua tertulis tanpa berusaha 'sok jaim'.
Kedua novel tersebut adalah novel yang menginspirasi pembaca, banyak hal yang dapat dipelajari dari keduanya.
Novel bukan tulisan yang menekankan keindahan kata-kata, seperti puisi. Akan tetapi lebih pada kejelasan, dialog, dan deskripsi adegan serta konflik.***