Yogyakarta Daerah Istimewa, Kota Sejuta Rasa

- 26 Februari 2021, 17:33 WIB
Kawasan Malioboro
Kawasan Malioboro /Pikiran Rakyat/pikiran-rakyat.com

ARAHKATA - Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat propinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta.

Yogyakarta juga merupakan ibukota daerah istimewa di Jawa yang terkenal dengan Istana Sultan Yogyakarta atau Keraton Yogyakarta. Keluarga Sultan masih tinggal di istana tersebut sampai sekarang .

Istana ini juga terbuka untuk umum tetapi tidak semua bangunan, hanya beberapa bagian bangunan yang bisa dilihat oleh masyarakat.

Baca Juga: Bandara Soetta Buka Tarif Taxi Udara Rp 8 Juta, Tertarik?

Arahkata.com mengutip dari beberapa sumber, bahwa status sebagai daerah istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur. Sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama.

Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I, segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Baca Juga: Ini Dia Batik Tiga Negeri Khas Lasem

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah sebuah Pesanggrahan yang kemudian diubah menjadi Ayodya, letaknya di hutan yang disebut Beringin.

Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.

Pesanggrahan tersebut ditempati secara  resmi pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I meresmikan istana baru. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Baca Juga: 3 Keuntungan Utama Menekuni Wirausaha Cokelat

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI.

Selanjutnya pada tanggal 5 September 1945, beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualam merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.

Pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

Kota ini unik, berjuta rasanya berada di Yogyakarta karena kita bisa melihat berbagai tradisi Jawa yang kental dan masyarakatnya yang santun.

Batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, bahkan makanan khas Yogyakarta yang disebut Gudeg, yaitu sayuran yang terbuat dari buah nangka muda, merupakan hal menarik yang menjadi khas daerah tersebut.

Yogyakarta sangat melekat diingatan wisatawan karena alamnya yang dikenal indah seperti Gunung Merapi atau pantai-pantai selatan Jawa di wilayah Gunung Kidul dan Bantul.

Daerah ini juga menjadi tujuan para pelancong yang ingin menjajal jalan sore di Malioboro atau berbelanja di pasar tradisional seperti Beringharjo.

Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar karena banyak terdapat Universitas, termasuk universitas terkemuka yaitu Universitas Gadjah Mada.

Hal inilah yang membuat kota ini memiliki jumlah mahasiswa yang besar, berasal tidak hanya dari area Jawa tetapi juga dari luar Jawa, bahkan dari luar Indonesia, sehingga kota ini juga disebut sebagai salah satu kota yang heterogen di Indonesia.***

Yogyakarta Daerah Istimewa, Kota Sejuta Rasa

ARAHKATA - Daerah Istimewa Yogyakarta atau biasa disingkat dengan DIY adalah salah satu daerah otonom setingkat propinsi yang ada di Indonesia. Propinsi ini beribukota di Yogyakarta.

Yogyakarta juga merupakan ibukota daerah istimewa di Jawa yang terkenal dengan Istana Sultan Yogyakarta atau Keraton Yogyakarta. Keluarga Sultan masih tinggal di istana tersebut sampai sekarang .

Istana ini juga terbuka untuk umum tetapi tidak semua bangunan, hanya beberapa bagian bangunan yang bisa dilihat oleh masyarakat.

Status sebagai daerah istimewa berkenaan dengan runutan sejarah berdirinya propinsi ini, baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut Babad Gianti, Yogyakarta atau Ngayogyakarta adalah nama yang diberikan Paku Buwono II (raja Mataram tahun 1719-1727) sebagai pengganti nama pesanggrahan Gartitawati.

Yogyakarta berarti Yogya yang kerta, Yogya yang makmur. Sedangkan Ngayogyakarta Hadiningrat berarti Yogya yang makmur dan yang paling utama.

Sumber lain mengatakan, nama Yogyakarta diambil dari nama kota Sanskrit Ayodhya dalam epos Ramayana. Dalam penggunaannya sehari-hari, Yogyakarta lazim diucapkan Jogja(karta) atau Ngayogyakarta (bahasa Jawa).

Sebelum Indonesia merdeka, Yogyakarta sudah mempunyai tradisi pemerintahan karena Yogyakarta adalah Kasultanan, termasuk di dalamnya terdapat juga Kadipaten Pakualaman.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kekuasaannya adalah Mataram (Yogyakarta), Pojong, Sukowati, Bagelen, Kedu, Bumigede dan ditambah daerah mancanegara yaitu; Madiun, Magetan, Cirebon, Separuh Pacitan, Kartosuro, Kalangbret, Tulungagung, Mojokerto, Bojonegoro, Ngawen, Sela, Kuwu, Wonosari, Grobogan.

Setelah selesai Perjanjian Pembagian Daerah itu, Pengeran Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I, segera menetapkan bahwa Daerah Mataram yang ada di dalam kekuasaannya itu diberi nama Ngayogyakarta Hadiningrat dan beribukota di Ngayogyakarta (Yogyakarta). Ketetapan ini diumumkan pada tanggal 13 Maret 1755.

Tempat yang dipilih menjadi ibukota dan pusat pemerintahan ini ialah sebuah Pesanggrahan yang kemudian diubah menjadi Ayodya, letaknya di hutan yang disebut Beringin.

Setelah penetapan tersebut diatas diumumkan, Sultan Hamengku Buwono segera memerintahkan kepada rakyat membabad hutan tadi untuk didirikan Kraton.

Sebelum Kraton itu jadi, Sultan Hamengku Buwono I berkenan menempati pasanggrahan Ambarketawang daerah Gamping, yang tengah dikerjakan juga.

Pesanggrahan tersebut ditempati secara  resmi pada tanggal 9 Oktober 1755. Dari tempat inilah beliau selalu mengawasi dan mengatur pembangunan kraton yang sedang dikerjakan.

Setahun kemudian Sultan Hamengku Buwono I meresmikan istana baru. Dengan demikian berdirilah Kota Yogyakarta atau dengan nama utuhnya ialah Negari Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sesudah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII menerima piagam pengangkatan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Propinsi DIY dari Presiden RI.

Selanjutnya pada tanggal 5 September 1945, beliau mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa daerah Kesultanan dan daerah Pakualam merupakan Daerah Istimewa yang menjadi bagian dari Republik Indonesia menurut pasal 18 UUD 1945.

Pada tanggal 30 Oktober 1945, beliau mengeluarkan amanat kedua yang menyatakan bahwa pelaksanaan Pemerintahan di Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.

Kota ini unik, berjuta rasanya berada di Yogyakarta karena kita bisa melihat berbagai tradisi Jawa yang kental dan masyarakatnya yang santun.

Batik, kerajinan perak, pertunjukan wayang, musik tradisional atau gamelan, bahkan makanan khas Yogyakarta yang disebut Gudeg, yaitu sayuran yang terbuat dari buah nangka muda, merupakan hal menarik yang menjadi khas daerah tersebut.

Yogyakarta sangat melekat diingatan wisatawan karena alamnya yang dikenal indah seperti Gunung Merapi atau pantai-pantai selatan Jawa di wilayah Gunung Kidul dan Bantul.

Daerah ini juga menjadi tujuan para pelancong yang ingin menjajal jalan sore di Malioboro atau berbelanja di pasar tradisional seperti Beringharjo.

Yogyakarta dikenal sebagai Kota Pelajar karena banyak terdapat Universitas, termasuk universitas terkemuka yaitu Universitas Gadjah Mada.

Hal inilah yang membuat kota ini memiliki jumlah mahasiswa yang besar, berasal tidak hanya dari area Jawa tetapi juga dari luar Jawa, bahkan dari luar Indonesia, sehingga kota ini juga disebut sebagai salah satu kota yang heterogen di Indonesia.***

Editor: Mohammad Irawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah