Suara gong mengisyaratkan gotong royong masyarakat kampung dalam menggelar ritual sakral tersebut. Sedangkan puncak dari ritual dari Lom Plai adalah Embob Jengea atau pesta panen.
Penjabat Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik menilai pesta adat Lom Plai Wehea berpotensi mengangkat seni budaya Kutai Timur ke kancah internasional.
Baca Juga: Pendatang Baru Dari Daerah Diingatkan Tak Jadi Penyandang Sosial di Jakarta
"Harapan kita festival budaya ini akan lebih mendunia dan menjadi aset dunia, karena ini sudah jadi warisan UNESCO (Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan),” kata dia.
Sementara itu, salah satu Tim Pelaksana dari Dinas Pariwisata Kutai Timur, Ahmad Rifanie mengatakan, "Festival Lom Plai sama seperti event-event daerah lainnya di mana dapat menjadi branding destinasi Kalimantan Timur, bisa menggerakan Perekonomian lokal dan nasional, bisa membuka lapangan pekerjaan, pemberdayaan umkm dan pelaku seni, pariwisata dan ekonomi kreatif," ujarnya pada Minggu dilokasi Festival, Minggu, 21 April 2024.
Baca Juga: Usai Dipecat, 249 Nakes Datang Minta Maaf Sambil Berikan Kendi Berisi Tuak
Ahmad Rifanie menambahkan, Industri dan UMKM turut dilibatkan dalam penyelenggaraan Festival Lom Plai 2024 kali ini.
“Kurang lebih akan ada 20 sampai 30 UMKM yang berpatisipasi dengan target pengunjung 10 ribu orang," kata Ahmad.
Tradisi Bob Jengea Jadi Puncak Acara
Sebagai bagian upacara adat Daya Wehea asal Kalimantan Timur, Festival Lom Plai 2024 ditutup dengan kegiatan Bob Jengea atau Embob Jenge, sebagai ungkapan rasa syukur atas panen padi yang telah diterima masyarakat Wehea.
Baca Juga: Kualitas Udara di Jakarta Masuk Kategori Sedang Pada Minggu Pagi