Pernah Diajak KLB, Gatot Nurmantyo: Saya Dibesarkan SBY dan Jokowi!

7 Maret 2021, 13:00 WIB
Jenderal TNI (purn) Gatot Nurmantyo sempat ditawari congkel AHY dari Partai Demokrat. /Tangkapan layar YouTube/Bang Arief

ARAHKATA - Mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo mengaku pernah ditawari untuk mengkudeta Agus Harimurti Yudhoyono dari jabatannya sebagai Ketua Umum Partai Demokrat.

"Wah menarik juga yah, kemudian saya tanya bagaimana prosesnya," ucap Gatot menirukan pembicaraannya kala itu dalam YouTube Channel Bang Arief bertajuk 'Ini Kata Gatot Nurmantyo Ketika Ditawari Ambil Alih Demokrat' seperti dilansir arahkata.com di Jakarta, Minggu, 7 Maret 2021.

Kata Gatot, dia diberikan penjelasan bahwa cara mengkudeta AHY adalah dengan membuat mossi tidak percaya. Hingga puncaknya menggelar Kongres Luar Biasa (KLB).

Baca Juga: Dana Bansos Tunai Warga Jakarta Segera Cair, Catat Waktunya!

Dalam KLB nantinya audience akan diminta untuk voting suara terkait siapa yang akan menggantikan posisi AHY.

Alih-alih menerima jabatan tersebut, Gatot malah mengenang masa-masa saat dia naik pangkat ketika berkarir di militer hingga puncaknya dilantik menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) oleh Presiden RI keenam Bambang Yudhoyono. 

"Saya ini bisa naik bintang satu, bintang dua, taruh itu hal biasa. Tapi kalau saya naik bintang tiga itu presiden pasti tahu. Kemudian jabatan Pangkostrad, pasti Presiden tahu. Apalagi Presidennya tentara waktu itu Pak SBY," ujar Gatot.

Baca Juga: Ojek Online dan Pelaku Pariwisata Jadi Prioritas Vaksinasi

Saat menjabat Pangkostrad, Gatot mengaku sempat dipanggil SBY ke istana. Ketika itu, SBY bilang akan menjadikannya sebagai KSAD.

Gatot Nurmantyo pun menjelaskan dirinya dititipkan pesan oleh SBY untuk menjaga amanah dan mencintai prajurit.

"Maksud saya begini, apakah iya saya dibesarkan oleh dua presiden. Satu pak SBY, dua Pak Jokowi saya balas dengan mencongkel anaknya," kata Gatot.

Menurut Gatot, mengambil alih partai melalui cara-cara yang tidak benar sama dengan melanggar sila keempat. Sila keempat bunyinya 'Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan'.

Baca Juga: Kaesang Pangarep Putus Karena Orang Ketiga, Ibu Felicia Turun Tangan

"Nah dalam hal ini, musyawarah sudah tidak ada, yang ada voting. Kalau voting money politic terjadi," katanya.

Gatot menambahkan, dia enggan menerima tawaran mengkudeta AHY karena melanggar sila keempat. Sebab, tidak ada value yang dapat diberikan kepada masyarakat.

"Nah lalu value apa yang akan saya berikan ke masyarakat, hanya karena berambisi yang lebih besar lagi," pungkasnya.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler