Patut Ditiru, Anggota Polrestabes Surabaya Peroleh Penghargaan dari Korsel

11 Oktober 2021, 21:54 WIB
Febri mengevakuasi warga negara Korea Selatan yang mengalami kritis /Adi Suprayitno/ARAHKATA

ARAHKATA - Sikap Anggota Polrestabes Surabaya, Bripka Febri Rijal Syaifuddin memang patut ditiru.

Febri mengevakuasi warga negara Korea Selatan yang mengalami kritis saat pandemi Covid-19. Berkat pertolongan Febri, warga Korsel tersebut kini sehat kembali.

Febri akhirnya mendapatkan penghargaan dari Direktur Luar Negeri Badan Kepolisian Nasional Korea Selatan di Kedutaan Besar Korea Selatan untuk Indonesia di Jakarta pada tanggal 23 September 2021.

Baca Juga: Abang Mpok Kabupaten Bekasi Sabet Juara Wakil 1 Moka Jabar 2021

Penghargaan yang diterima Febri adalah kali kedua setelah Penghargaan Duta Besar Korea pada tahun 2016. Febri mengaku tidak menyangka mendapat penghargaan dari Korsel.

"Saya merasa bersyukur bahwa Pak Kim bisa lebih sehat, itu saja,” ungkap Febri.

Meski mendapat penghargaan, Febri menegaskan, bahwa dirinya hanya menjalankan tugas sebagai anggota Polri yakni menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Baca Juga: Pengamat Hankam Menilai Letjen Dudung Abdurachman Berpeluang Besar Jadi Panglima TNI

Febri menceritakan bahwa dirinya pernah bertugas di Unit Pengawasan Orang Asing tahun 2011-2019. Dari situ Febri belajar banyak tentang interaksi antar personal dengan WNA hingga G2G dari berbagai negara.

"Ketika berurusan dengan Korea Selatan, Saya semakin memahami terlebih Surabaya menjadi sistercity dengan Busan, Korea Selatan. Saya mengenal lebih banyak tentang Korea dan berteman dengan banyak orang Korea,” tuturnya.

Dengan pengalaman tersebut, Febri melakukan upaya membantu warga Korea bernama Kim yang terkena Covid-19 pada saat pandemi di Indonesia Juli 2021 lalu.

Baca Juga: Ridwan Kamil Tantang Erick Thohir Makan Jengkol, Ini Reaksinya

“Saya sebenarnya sudah berpindah dinas di Polsek Jambangan. Namun ini tentang kemanusiaan dan ini masa yang sulit bagi semua orang. Jadi saya berusaha membantu semampu saya. Prioritas polisi adalah nyawa. Hal yang sering Saya pedomani adalah arahan Pak Presiden, yaitu Polri bukan hanya sekedar profesi, namun salah satu jalan untuk mengabdi," tuturnya.

Febri membeberkan bahwa Kim merupakan pendeta dan kondisinya kritis karena Covid-19 pada 18 Juli 2021.

Asosiasi Korea segera mengirimkan obat-obatan darurat, oksigen, dan persediaan bantuan, tetapi kondisi Kim terus memburuk. Saturasi oksigen turun menjadi 88-89%, jauh di bawah kisaran normal (95-100%).

Baca Juga: Sempat Viral Video Mengayun Bayi, Dokter Ali Sungkar Meninggal Dunia

Seminggu kemudian, dia meminta untuk naik ke pesawat carter untuk kembali ke Korea Selatan. Tetapi kondisinya sangat serius sehingga dia menerima pemberitahuan penolakan untuk masuk ke Korea Selatan.

Paru-paru Kim rusak parah, dan saat menerima oksigen melalui tabung oksigen, saturasi oksigen hanya sekitar 90%. Angka tersebut bahkan turun menjadi 77%.

Staf medis yang melakukan konsultasi tele medicine di Korea Selatan mendesak agar mereka segera dipindahkan ke rumah sakit yang dilengkapi dengan ventilator.

Baca Juga: Hari Libur Maulid Nabi Digeser, Ini Alasan Kemenag

Namun, tidak mudah menemukan rumah sakit dengan fasilitas terkait di Indonesia yang mengalami kekurangan ruang perawatan dan oksigen medis akibat pesatnya peningkatan jumlah kasus COVID-19 saat itu.

Sementara Asosiasi Rakyat Korea Selatan bertanya dari semua sisi, Kim kehilangan kesadaran dan kritis. Ironisnya lagi, saat itu adalah saat jumlah kematian orang Korea Selatan akibat COVID-19 juga meningkat. Di persimpangan hidup dan mati, ada seorang polisi Indonesia yang datang ke rumah sakit untuk datang menyelamatkan.

Bripka Febri dari Polrestabes Surabaya Jawa Timur, menghubungi Asosiasi Korea pada 27 Juli bahwa mereka telah mendapatkan bangsal rumah sakit dengan ventilator.

Baca Juga: Diperiksa Kasus Dugaan Penipuan CPNS, Olivia Nathania dan Suami Bawa Bukti

Kim, yang dipindahkan ke rumah sakit pada hari berikutnya, sadar kembali dua hari kemudian dan cukup pulih untuk makan nasi sederhana.

Pada 30 Juli, Kim kembali ke Korea Selatan dengan pesawat pengangkut pasien (ambulans udara). Dalam panggilan telepon dengan Lee Kyung-yoon, presiden Asosiasi Korea Jawa Timur pada 3 Agustus, Kim menceritakan pengalaman saat terkena covid itu.

“Saya sadar dan tidak sadar, dan saya pikir saya sudah mati sekarang, tetapi saya sangat bersyukur bahwa saya pulih seperti ini,” ungkapnya.

Baca Juga: Menteri PPPA Temui Nakes Penyerangan Kiwirok Papua

Sementara, Perdana Menteri Korea Selatan Lee Nak-yon bertemu Bripka Febri secara kebetulan melalui seorang kenalan pada tahun 2012 dan mempertahankan hubungan mereka.

Hubungan antara Lee dan Febri sekitar 10 tahun yang lalu menyelamatkan seorang Korea yang berada di ambang kematian.

Baca Juga: Upacara Ngaben di Bali Dilaksanakan Terbuka, Prokes Ketat

Dikutip dari media Korsel HankooKilbo, Ketua Lee mengatakan, Febri membantu dengan sepenuh hati dan bisa memberikan pesan keamanan dengan sangat baik, sehingga sebagai warga negara asing merasa sangat aman tinggal di Indonesia.

“Dia adalah teman paling berharga bagi kami,” ujar Ketua Lee.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler