Dewan Pers: Narsum Bicara Tak Sesuai Keahliannya, Tak Layak Diberitakan

12 April 2022, 15:14 WIB
Logo Dewan Pers /Dewan Pers/

ARAHKATA - Persaingan di dunia bisnis saat ini terlihat cukup ketat. Hal ini bisa dilihat dari  berpropaganda dalam memasarkan atau mempublikasikan produk mereka.

Contohnya industri air minum dalam kemasan (AMDK), sejumlah organisasi dan nama-nama yang muncul secara dadakan serta menyebar ‘Siaran Pers’ ke media-media.

Selain itu, sekaligus menjadikan diri mereka sebagai narasumber meski tidak memiliki pengetahuan atau keahlian sama sekali mengenai topik yang dibicarakan.

Baca Juga: Catat! Jelang Mudik Lebaran, Sejumlah Bandara Ini Sediakan Sentra Vaksinasi

Sayangnya, beberapa media online tetap menayangkan rilis yang mereka buat.

Menanggapi hal ini, Wakil Ketua Dewan Pers, yang juga wartawan senior, Hendry Ch Bangun mengatakan seharusnya berita-berita seperti itu tidak layak untuk ditayangkan.

“Buat apa dimuat?,” katanya.

Menurutnya, pemuatan rilis itu tergantung nilai beritanya apakah ada atau tidak. Kemudian juga sesuai atau tidak dengan visi misi media itu.

Baca Juga: Ketahui Apa Itu Klitih? Tindak Kejahatan yang Meresahkan Warga DIY

“Dan harus dicek apakah berimbang atau partisan. Sebab yang kena nanti kan medianya kalau ada apa-apa,” ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Anggota Dewan Pers, Agus Sudibyo. Menurutnya, media massa harus memeriksa otoritas dan kredibilitas sumber sebelum mengutip sumber tersebut.

“Otoritas dan kredibilitas sumber menentukan apakah dia layak dikutip atau tidak,” ucapnya.

Baca Juga: Kabar Baik! Penerima Vaksin J&J Bisa Booster, Ini Jenisnya

Sebelumnya diberitakan, sebuah organisasi yang menamakan dirinya FMCG Insights muncul secara dadakan di tengah munculnya persaingan bisnis di industri AMDK.

Koordinatornya yang bernama Muhammad Hasan membuat rilis sendiri dimana dirinya juga sebagai narasumber pemberitaan.

Dalam rilisnya, ia menyampaikan persoalan soal potensi bahaya Bisfenol A (BPA) pada galon berbahan polikarbonat.

Siaran pers tersebut dimuat secara luas oleh beberapa media tanpa melakukan cek latar belakang narasumber.

Baca Juga: Dukung Mudik Lancar, Pemkot Bandung Sediakan 22 Titik Vaksin Booster

Pakar Polimer Institut Teknologi Bandung (IPB), Ahmad Zainal Abidin menegaskan dirinya memang ahli di bidang polimer dan proses pembuatannya serta dia bicara sebagai ahli.

"Dan saya tegaskan kita tidak pernah menerima apapun dari pihak lain terhadap apa yang kita sampaikan ke publik. Tudingan itu sudah bersifat subversif dan bisa dibawa ke pengadilan,” ungkap Zainal.

Menurutnya, kalau pakar bicara mengenai BPA itu sesuatu hal yang wajar.

Baca Juga: Paska Demo BEM SI Kapolda Metro dan Pangdam Jaya Pastikan Situasi DKI Jakarta Aman

“Tapi kalau orang seperti FMCG ini yang sama sekali tidak mengerti tentang BPA terus ngomong tentang BPA dan malah mengajari kami para pakarnya, itu yang harus diragukan. Orang seperti ini yang patut dicurigai sudah ditunggangi perusahaan tertentu, bukan kita,” kata Zainal.

Ia menegaskan bahwa dirinya memberikan pernyataan tentang PC (Polikarbonat) dan PET itu tidak asal bunyi, tapi ada dasar ilmiahnya.

“Pendapat-pendapat selain yang disampaikan para pakar ilmiah mengenai BPA itu kan sudah disebutkan Kemenkominfo dan BPOM juga sebagai hoaks karena tidak disupport oleh data-data ilmiah,” tukasnya.

Baca Juga: Google Blokir Kanal YouTube Parlemen Rusia, Ini Alasannya!

Dengan melontarkan tudingan yang tidak benar terhadap para akademisi terkait isu BPA ini, Zainal mengatakan itu menunjukkan bahwa pihak-pihak yang berusaha menjatuhkan produk-produk berbahan Polikarbonat itu sudah kalah dalam pertarungan ilmiahnya.

"Itu menunjukkan orang-orang itu sudah kalah di pertarungan ilmiah, sehingga banyak membuat berita-berita hoaks,” tuturnya.

Zainal menyampaikan bahwa para ilmuwan akademisi itu memiliki etika dan kredibilitas. “Kita kan punya kredibilitas. Tapi sekarang seolah semua bisa bebas membuat berita. Tapi akhirnya masyarakat juga nanti yang akan menilai mana yang benar mana yang hoaks,” ucapnya

Baca Juga: Okin Peluk Mesra Rachel Vennya Usai Manggung, Awkarin: Astaga.

Dia juga menegaskan bahwa dalam membuat kebijakan terkait kemasan itu, BPOM selalu meminta tanggapan dari para pakar, termasuk soal pelabelan BPA ini.

“Kita sudah sampaikan ke BPOM pendapat kita, kenapa orang lain yang sama sekali tidak terkait masalah ini yang jadi ribut,” ucapnya.

Dosen dan Peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan SEAFAST Center, Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha E. Suyatma, juga mengatakan bahwa dirinya menulis apa adanya secara ilmiah soal galon berbahan Polikarbonat dan PET.

Baca Juga: BPOM RI Tarik Kinder Joy, Apa Dampak Infeksi Bakteri Salmonella?

“Saya bicara berdasarkan dengan fakta riset dan akademis dan tidak diskriminatif. Saya sampaikan secara netral dan meletakkan permasalahannya sesuai dengan porsinya. Jadi tidak ada kepentingan-kepentingan tertentulah,” katanya.

Baik Zainal dan Nugraha mengatakan tidak mengenal sama sekali nama organisasi FMCG Insights yang diketuai Achmad Haris di dunia polimer maupun kemasan makanan.***

Editor: Agnes Aflianto

Tags

Terkini

Terpopuler