ARAHKATA - GeNose, alat screening atau pendeteksi corona buatan anak bangsa akhirnya dilaunching secara resmi oleh Menteri Riset dan Teknologi, Bambang Brodjonegoro pada Jumat, 19 Februari 2021.
Setelah digunakan sebagai alat pendeteksi corona di stasiun kereta api, GeNose juga akan digunakan pada tempat wisata, dan pusat perbelanjaa. Tujuannya untuk mencegah seseorang yang positif corona berada di antara orang-orang yang sehat.
Guna mendukung langkah tersebut, Bambang Brodjonegoro mendorong pihak Universitas Gajah Mada (UGM) selaku penemu untuk meningkatkan produksi menjadi setidaknya 10.000 unit per bulan. Saat ini, produksi baru sekitar 1.000 unit per minggu.
Baca Juga: Masjid Al-Aqsa, Tempat Suci Umat Muslim Diselimuti Salju
"Kami sedang memfasilitasi tim UGM dan para mitranya agar bisa scale-up produksinya," tuturnya seperti dikutip arahkata.com dari tayangan YouTube Channel Kemenristek yang Bertajuk 'GeNose C-19 untuk Kepariwisataan' pada Jumat, 19 Februari 2021.
Dalam kesempatan tersebut, Bambang menceritakan proses pengembangan GeNose. Kata Bambang, GeNose sudah dikembangkan sejak 2008.
Awalnya, GeNose akan digunakan untuk mendetksi orang yang terkena TBC (Tuberkulosis). Makanya, alat ini diciptakan dengan metode pendekatan hembusan napas.
"Itu esensi GeNose dikembangkan dan memang perjalanan ini butuh waktu lama. Sampai ketika hampir di ujung, 2020 ada covid. Mereka juga melihat (covid) menyerang saluran pernafasan," ungkapnya.
Baca Juga: Renungan, Bencana Banjir salah Siapa?
Nah, dari situlah mereka mulai mengembangkan alatnya. Di mana, artificial Intelligence yang awalnya dibangun untuk mendeteksi TBC dialihkan untuk mendeteksi corona.