Baca Juga: Gerindra Tunggu Konsolidasi Data Mahfud dan Sri Mulyani Soal Pansus Rp 349 T
Parahnya lagi, kelangkaan air galon di masyarakat itu bahkan masih terjadi hingga satu bulan setelah lebaran.
Menurut penjelasan dari perusahaan AMDK, hal itu disebabkan karena kekosongan yang sempat terjadi pada jalur jalur distribusi tidak dapat terisi atau tergantikan dengan cepat mengingat alur distribusi yang melibatkan banyak pihak mulai dari distributor, agen dan sebagainya sampai mencapai konsumen akhir.
Begitu pun dalam hal kemasan galon, pengembalian botol kosong dari konsumen sampai ke pabrik melalui beberapa mata rantai.
Baca Juga: Bareskrim Polri Berhasil Ungkap Peredaran Sabu Cair yang Dikendalikan Napi
Kondisi serupa juga terjadi pada masa momen lebaran tahun 2011, di mana kebijakan pelarangan truk sumbu 3 terhadap industri AMDK juga diberlakukan.
Saat itu terjadi kelangkaan ketersediaan AMDK galon di Jakarta karena meningkatnya permintaan masyarakat. Hampir semua toko dan agen penjualan kehabisan stok.
Selain sulit ditemukan baik di agen penjualan hingga minimarket, harganya juga menjadi lebih mahal.
Baca Juga: Polri dan KPK Waspadai Adu Domba Terkait Pemberhentian Brigjen Pol Endar
Produsen AMDK saat itu mengaku kesulitan mendistribusikan produknya secara maksimal karena pembatasan operasi truk berat mulai H-4 hingga H+1 Lebaran.
Sementara, kebutuhan air minum kemasan di Jakarta dan sekitarnya setiap hari mencapai 16 juta liter, di mana sekitar 70 persen berbentuk kemasan galon.